Posts

Showing posts from March, 2012

dua tahun, suratmu

harusnya, kau bacakan ini untukku saat aku terlalu berbahagia menikmati musim semi harusnya, kau hembuskan ini untukku saat aku mulai terbuai dengan rintik salju harusnya, kau ceritakan ini untukku saat aku tersadar dari mimpiku harusnya, kau bisikan ini padaku saat hanya hening yang menemaniku harusnya .....ataukah harusnya, ini kubaca dua tahun lalu saat aku mulai belajar mengenal musim dingin harusnya, ini kurasakan dua tahun lalu saat aku belum puas menikmati panas yang berpanjangan harusnya, ini keresapi dua tahun lalu saat aku belum terbuai mimpi harusnya, ini kudengar dua tahun lalu saat semua terasa gaduh untukku harusnya ....masihkah ada? diriku disana disuratmu itu, yang baru kubaca dua tahun kemudian.

Gadis kecil dalam kereta

Bagi yang berlalu lalang, boleh kutanyakan kemana angin membawa kita? Walau dalam hati Pada lentera yang berlarian ke belakang menjauh Bolehkah kutanyakan kapan dunia ini akan kembali berwarna? Lepas dari kepekatan malam Hanya dalam hati Pada pemuda di depanku yang tertidur lelap sedari tadi Bolehkah kutanyakan dimana perjalanan ini akan berakhir? Dalam hati Kepada ibuku yang berpeluh tak lelah memelukku Kemanakah tidurku yang lelap pergi membawa angan dan mimpiku? Dalam hati Kutanyakan pada cermin yang memantulkan wajahku samar Bolehkah aku bertanya? Apakah hatiku mempunyai jawaban semua pertanyaanku?

Sore-mu

Hujan menyapa disana di ujung barat, dimana pelangi tersenyum tersungging manis Lalu awan-awan berarakan ke selatan jauh teratur, berbaris Entah burung walet kurasa melulanglai lambai, kesana kemari mematuk dan berputar menghindar dan menyergap rerintikan yang mulai menggumpal lebat Lalu aku berdendang sumbang tentang yang selalu terkenang pecinta kupu-kupu Lagu kupu-kupu Yang kulukiskan pada sore yang mulai meredup Milikku yang terpatri padamu, sore Yang selalu merindukanmu bersamaku Padamu sore-ku dan sore-mu..

Kamu

Dalam desah nafasmu aku hidup untuk menjaga mimpimu sepanjang malam hingga kau terjaga Darahku tak sebiru samudera tak sebiru hamparan langit Tapi aku pemimpi yang bertarung menjaga bintang agar tetap gemerlap diantara tidur dan terjagamu Mimpi-mimpi yang kusadar telah kausemai pelan, pelan, pelan hingga menancap erat diantara raga dan kalbuku Bayangmu menjelma kalbu yang hinggap di pelupuk mataku tak terlepas diantara tangis dan tawa Kesadaran yang kubangun, dari rajutan benang-benang asmara pelan, pelan, pelan hingga membungkusku erat dalam ada dan ketiadaan Dalam dahagaku engkau hadir mengaliri setiap rongga-rongga kekeringan ada dirimu yang tak pernah kumengerti hanya bisa kurasakan, ada.... kamu

Bayangan

Dalam bisu, kesetiaan yang banyak bicara. Pelan-pelan menapaki jejak demi jejak menuju perpisahan. Badanmu rapuh, tidak dalam kesunyian. Cukup pijar temaram, yang memberimu keabadian.

Selamat jalan

Angin enggan berbisik Rumput tiada yang bergoyang Tanah basah semerbak harum seusai bercumbu dengan hujan Desir suara jangkrik hilang datang Matahari entah kemana Mungkin lelah, mungkin berselimut awan di bawah temaram bintang. Lalu bayang menyerbu Mendengarkan suara doa-doa lirih Pada yang merasuk ditanah Lepas raga, sisa kehadiran Tak ada yang bersuara, disore yang mulai menitikkan gerimisnya