Posts

Showing posts from October, 2009

Sajak malam

Seandainya malam ini tak berujung pagi akan kutulis dengan pena malam hingga matahari sungkan terbit dari sana tentang dan hanya lelah dan sebak

Hidup Untuk Hari Ini

Aku hanya sebuah kereta yang ditarik oleh waktu dimainkan oleh sang takdir Melaju untuk hari ini Kupajang seribu mimpi di sana, di ujung perjalanan yang pemberhentiannya tak pernah kutahu Tadi sejarah yang kuukir sebesar apapun hasrat untuk kembali semua sudah mengabur menjadi semu Aku hanya sebuah kereta diantara desing untuk hidup hari ini

2. Kupu

Ku-untuk diriku Pu-sapaan manisku untuk memanggilmu walau hanya mendayu di awan awang Dan Kupu untuk cerita malam yang kita pentaskan di panggung-panggung drama Drama sederhana jikalau kuurai dengan kata tak ada yang istimewa menggelora Setiap kumengucap urung terdengar terkulum masa Kau dengan dia atau dia masih bersamamu Aku yang menunggu Hati yang memilihlah yang menegarkanku disaat terapuhku Drama berlanjut dalam pentas tak jua tertebak penonton Drama ini mengalir deras ke muara-muara dangkal dan berbatu Pernah karam, cerita berbiduk ditambal lagi dan lajur arus drama yang keras menarik membawa pergi lagi Entah sampai kapan aku tak tahu, Yang kutahu hanya Hatiku benar untuk memilihmu

1. Kepompong Hati

Aku terdiam lama tadi malam sangat lama, hingga kuacuhkan kehadiran bulan dan bintang sahabatku Seperas keringat menemaniku melawan dingin menggigil sapaan sang angin malam, yang biasanya merdu menganggu tapi sekarang urung sanggup menyapaku Aku masih disini, memandang kosong kedepan di balik kecamuk jiwa yang bergelora. Tentang apa? Atau tentang siapa? Kujawab dua duanya.. Tentang cinta jikau tanya apa Qonita jikau tanya siapa. Masih bertanya? Tak perlu, biarkan aku yang bercerita tentang kupu-kupu indah yang menyentuh jiwaku itu. Dari sini aku mulai, dari perkenalan sederhana seperti yang lainnya Dia menyapa, aku berbalas selayak mentari bersinar dan malam menyerap energinya mengalir dengan pakem alam Tak ada cerita, hingga tiba aku bercerita pada purnama biasa, seperti sebelumnya Dibalik jendela tipis bis aku melihat bulan meringis ada yang lain, sempat kugubris kutanya, dia diam..Kusela "Ah kau ternyata habis menangis" Dia bercerita, aku mendengarkan menyimak dalam bisu d

Sumpahmu dulu

Waktu di sini berhenti ya? Atau berjalan mundur? Atau disini hanya ada pengulangan semu tiada akhir? Negeri pemimpikah ini? atau negeri bagi kumpulan pemimpi? yang selalu dibuai candu Hampir seabad waktu disini mengukir tentang kegagahan dan semangat berbinar dari sekumpulan pemuda liar yang menerjang rambu dan aturan berikrar satu sumpah Sumpah kebersamaan yang menggaung menerjang dinding-dinding kolonialis Semua tercatat manis dibuku yang dicetak seribu, sejuta, semilyar kali diulang-ulang setiap senin dibacakan dibawah merah putih dengan lentera mentari pagi Bocah-bocah menghapalnya mengingatnya untuk sebuah nilai yang didewakan Negara mengajarkan mengingat lupa mengajarkan nilai luhur kandungannya Tanggal ini, di hari ini 81 tahun lalu kisah itu dimulai oleh pemuda dan orang-orang berjiwa muda menonggakan patri untuk negeri ini akan makna kebebasan dan kesetaraan akan kebanggaan menjadi sendiri, mampu untuk berlari Masih sama kan? Isi, makna, tanggal dan bulannya Aku rasa masih, se

Hujan Malam

Darahku mengalir bersama gemericik aer hujan yang berdenting ketika menyentuh sebuah benda. Tak akan pernah berhenti hingga ia menemukan tempat yang datar, rata dan tenang. Sebuah perjalanan yang gelap menyusuri alur yang sama sekali baru. Entah dimana peraduan terakhir itu akan ditemuinya. Mungkin peraduannya terakhir adalah saat pertama dia bersentuhan, atau mungkin ada yang tak pernah dia jumpai peraduan terakhir itu. Malam ini ribuan galon aer tumpah dari langit, sebuah awal dan akhir. Wujud tak nampak, hanya denting suara dan hembusan angin malam yang ikhlas membawa kabar. Urat-urat tanah yang beruntunglah yang menerima darah-darah hujan yang melewatinya. Nasib dan takdir. Jika memang hujan mampir, nasib yang menentukan aer hujan melewatinya. Lepas dari kealpaan sang pemilik tanah yang lupa membuka jalur selokan, atau arah aer hujan yang tidak membelakanginya. Takdir yang menentukan pertemuan mereka. Sekenario yang sudah dicatat mendetail ketika masa belum terdefinisi. Sebuah ceri

fresh morning after the rain

What stories tell us last night? I'm just listening for the drop rain between the dream i hear the music of nature Dark night covering us in the middle of time and the coolest temperature I'm just sleeping well just hear the music of nature Until the morning comes Nobody knows what happen last night Just the rain or something else The fresh one say hello to us I'm just hear the rest music of nature

benci

Aku seorang pembenci pembenci diri Diri yang memberangus pelangi dan mentari Pelangi warnanya kuhapus oleh buta mata dan hati Mentari kututup sinarnya dengan mendung dan kelam Sampai disini masih tak mengerti aku yang membenci diriku sendiri

Di kamar

Terkukung di kamar Di siang bolong Menulis cerita picisan yang tertumpuk dan terbuang oleh seribu cerita sama Sejenak mendayu menunggu untuk sesuatu yang meragu entah Kata tertahan suara suara tercekat kelu Kelu bertahta di dinding, di jendela, di meja di lemari, dan dimana saja Lagu pengusir jemu sempat singgah dan hilang tak bermakna lagi, untuk yang kedua Masih terkungkung ceritaku? Bacalah dari atas lagi, itu ceritaku

Bayang-bayang

Bukan gelap yang mencerangkam atau silau yang menghalau Hanya kata Lewat suara Lewat angin Lewat perantara obrolan ringan yang menggumpal Bayangan bukan dari cahaya atau dari padam pijar hanya dari lidah dan suara dan nafsu-nafsu liar Yang terkukung, berteriaklah diam kadang menghanyutkan tapi tak selamanya Suara berbalas suara karena hanya dengan bahasa yang sama kau berbicara kepada bayang-bayang

Maju

Maju aku terus berlari menerjang hari melibas duri berteriak lantang tak akan pernah peduli bahkan jika diujung jalan ini hanya akan ada aku sendiri Maju aku terus melaju bahkan ketika waktu terus meragu menyibak kerikil dan lautan debu terkumpul nada dan aku berseru jangan pernah menghalangiku hanya akan ada kerugian untukmu Maju aku terus menerjang melewati jurang melumat karang Menerjang dengan garang menyibak awan, membiarkan mentari bersinar terang dan aku terus berlari, melaju dan menerjang hingga kata-kata menjadi tumpul teriakan tertahan di belakang tak terdengar lagi dan waktu hilang, dari dimensi yang kukenal dan terus terus dan terus maju, untuk sebuah mimpi yang mampir di kepalaku seribu malam

Syukur

Alhamdulillah.. Untuk pengingat Untuk penguat hati Tak hanya riang Kala gundah, saat terhempas dibawah Ucap selalu syukur Yang sempat lama kulupakan Alhamdulillah untuk semuanya Ya ALLAH

Jembatan Hati

Image
Perkenalan itu tautan hati ketika ada harap dan niat dengan sebuah isyarat Jembatan isyarat sedang kubangun pelan-pelan pasti kuselesaikan Kuharap kau sudi melewatinya nanti ketika sungai-sungai dipenuhi riak Di awal musim penghujan pict: disini

Secangkir di Pagi Hari

Image
Semerbaknya harum Candu di pagi yang cerah nan basah oleh hujan kemarin lusa Menusuk hingga kepangkal kesadaran Manisnya menyentuh Tak berlebih nan berkecukupan mengisi cita di relung-relung dahaga Menyentuh masuk ke jiwa-jiwa yang terbangunkan Pahitnya punya cerita sendiri sendiri Membawa cerita perjalanan panjang Ketika tunas hingga panen Membuai angan-angan tentang alam dan keindahannya Segarnya tak terbantahkan Teman penyapa pagi Semangat memulai hari Secangkir saja dan coba rasakan Hangatnya secangkir teh Di pagi ini pict: disini

Hujan di Bulan Oktober

Image
Suasananya selalu berbeda dan tak terlupakan Dingin yang menentramkan menghanyutkan ke samudra imajinasi Melukis senyuman Semerbak harum tanah tanah yang basah oleh titisan awan bercerita perjalanan yang panjang Diantara kisah kisah kemarau yang tak berakhir Mendung mendinginkan hari membuka celah-celah yang selama ini menutupi mata dan hati.. Hujan ini mengusir debu,menghapus peluh untuk sebuah cerita sederhana nan indah hingga kemarau datang menjelang pict: disini

Menyusuri Malam

Image
Mencari jejak yang sempat kutinggalkan yang terisi duka dan bahagia serta cerita cerita yang lain Diantara rerimbunan pohon dan angin malam Pelita bulan kupinjam sebagai penerang Untuk kususuri malam mencari cerita yang sempat kutinggalkan sampai nanti, pagi datang menyapa pict: disini

Tak Pantas

Image
Pembisik kelam Pengganggu malam Mengoyak oyak batas Pembuka azab Kembali aku terhempas Merangkak dari bawah Hingga waktu yang tak ditentukan Membawa sesal dan sebak yang kian menusuk dan membenamku lagi Termenung, tak pantaslah aku disini diantara kalian, wahai sahabat malam pict: disini

Sore Yang Berguncang

Panggung berguncang menarik pandangan bukan senyum lakonnya tangis dan kepedihan Pongah-pongah cerita yang membatu luluh lantak dalam puing-puing kepedihan Derai air mata bercampur dengan hujan di akhir september pilu Senyum pahit, dan gulita adalah teman sejati Ini pengingat? atau hukuman? mereka yang salah? atau kami penyebabnya? Sang pengantur cerita telah menentukan ini mengingatkan lagi peran dan lakon kita Agar tak berguncang lagi panggung ini