Posts

Showing posts from September, 2009

Pujangga Malam

Mengumpulkan serpihan cerita Duduk khusyu' di bawah pelita malam diantara bintang dan bulan Di pilah-pilah cerita Satu untukku Satu untukmu Satu untuk yang terlewatkan Dan satu untuk esok malam

Memeluk Malam

Takkan terengkuh dingin dan kelam Waktu untuk dihentikan deru dan redam Ditabur kala senja menjingga Dituai kala pagi beranjak Bukan sebagai penghias tapi pengisi drama Sepi terusir oleh kelam Gending menderu deru di alam yang terlupakan Cerita berlanjut hingga kehangatan datang dan memelukmu mesra

Menunggu

Hingga terombang ambing Siapa terikat? Gelombang menyeretnya gemulai hingga tiba di tapal batas aku menunggu.

Hilang

Pandang mengabur Ucap lirih membisu Dengar desir lirih terakhir Cium tinggal hampa penuh sebak Halus kasar hilang berganti tawar Sinar terserap kelam Siang tergeser ke peraduan dingin mencengkeram Kelu bertakhta di singgasana jiwa Jiwa-jiwa melayang terombang ambing terpendar Hilang makna cinta hanya sisa rayu dan tipu Tersesat di rimba lebat sendiri, kelu untuk sekedar berbisik Maknaku terus terkikis oleh dosa dan hina Waktu tak kunjung bersua Kutunggu hingga aku kehilangan makna Lagi..dan lagi dan waktu terasa lama

Pemberhentian

Yang sempat kupertanyakanIni begitu cepat, saat aku mulai akrab dengan perjalanan Aku tertegun Mungkin aku yang baru tersadar Atau belum rela akan akhir sebuah cerita sederhana Kelu sejenak menatap dimensi normal yang akan kujalani Sebuah kisah lagi, yang terpisah ratusan ribu kaki jauhnya Tak apa, sudah kutitipkan Pada waktu, malam dan hujan sepanjang bandung-madiun 10 september

Bunga-bunga Mimpi

Ini cerita malam Bukan dongeng Bukan juga sinetron, drama, opera atau film-film yang mengisi lembaran mimpi orang-orang terjaga Cerita yang kukenal tapi tak bisa kuceritakan Cerita yang nyata tapi tak bisa kuingat Cerita yang melankolis tapi tak bisa kutangisi Cerita tentang aku, dan aku saja Mungkin diantara seribu kisah lain, ketika kereta melesak menembus kelamnya malam yang berpacu dengan waktu Yang sejenak tersadarkan beberapa saat di pemberhentian Ketika lalu lalang, suara-suara gaduh mengadu Menjajakan cerita panjang kehidupan Masih tak bisa kuceritakan Masih tak bisa kuingat Masih tak bisa kutangisi Atau kaubiarkan sejenak lagi Siapa tahu cerita akan berbeda di kesudahannya

Gadis Berbaju Merah Muda

Hei,kau yang berbaju merah muda! Kau yang melambai pada kami Diantara ilalang-ilalang dan rumah tua Siapa engkau? Wajahmu tampak bersahaja Terkumpul diantara potret-potret dinding kaca kereta yang retak Siapa engkau? Potretmu sempat kusimpan Namun wajahmu urung kuingat Ah biarlah, nanti kuberikan potretmu Jika kita bertemu Kereta ini melaju meninggalkan batas ruang dan dimensi kita sejenak tadi

Menjemput Malam

Kau tahu malam? Sekarang aku sedang mencari dan mengejarnya Berharap bisa berkelana, berkenalan dan bercengkerama lama Jika kau bersama malam Kabari aku, dimana Biarkan aku kesana, menjemputnya

Meninggalkan sore

Yang tertinggal disana Di tempat kereta ini menyambutku Di awal perjalanan yang melelahkan ini Kutinggalkan secuil mozaik jiwaku Secuil saja Hanya secuil yang bisa melengkapiku Di sana, dibawah langit sore yang kian menjingga Yang memudarkan warna biru agung Kuberharap ada yang akan menjaganya Hingga nanti kukembali Lantunan doa kuucap lirih Sangat lirih Seirama dengan gemerisik gesekan rel Kutatap lagi jingga yang kian kelam Berharap penuh ini abadi Sampai kembali dan kususun kepingan jiwaku Hingga utuh lagi

Puisi malu

Image
nb: klik gambar untuk melihat lebih jelas

Menjaring Cahaya

Menjaring cahaya Yang akan kulakukan pagi ini Ketika mentari masih ramah, dimasa indah emosinya Masih di berikan yang terbaik untukku Cahaya cahaya Yang kusimpan hingga nanti malam Karena aku takut seperti semalam saat mendung menyelimuti penjuru langit Memisahkanku dengan sahabat-sahabatku Aku sendirian dalam gelap Tapi, akan kutaruh dimana nanti? Di dadaku yang sudah terisi penuh sebak? Di mataku yang sudah terisi penuh kelam? Di hatiku yang sudah terisi penuh beban? atau dimana? Atau boleh kutitipkan padamu? Asal kau tak keberatan dan tak membuatmu begadang satu siang ini

Menanti di Ujung Batas

Yang terdengar hanya bisikan angin di tempat yang sunyi Bertemankan senja Aku berdiri Waktu bergerak, melewatiku rapi berbaris teratur Terpana kedepan melihat hamparan ladang cerita yang terpisah oleh jutaan dimensi Terpana kedepan masih ke hamparan ladang cerita mencari sosokku disana Melihat dan berharap Diantara kerumunan itu Kumelihatmu melihatku Berjalan pelan, menyibak arus Berjalan ke arahku Disini, aku menantimu di ujung batas

Sepanjang jalan

Image
Jalannya lurus Jalannya berkelok Jalannya memutar Jalannya buntu Jalannya sempit Jalannya terjal Jalannya sesak Jalannya sunyi Jalannya mendatar Jalannya mendaki Pastilah jalan yang akan dan telah kau lalui *saat hari berganti dan kantuk tak jua datang

aku letakkan disini

Image
Aku letakkan disini dan ambillah Tak kan usang Tak kan sirna Tak usai kita menunggu Untuk semi atau gugur panas atau penghujan maka ambillah Aku letakkan disini silahkan kau ambil kapan saja nb: image

story of weather

Image

tidurlah di bawah rembulan

Image
Wahai kau yang dijaga peri-peri malam Dibelai angin malam bulan september Meringkuk di selimut awan Meranjut mimpi diantara simfoni alam Berjalanlah.. Mendekatlah.. Duduklah disini, di sampingku Duduklah dan mendekatlah akan kuceritakan sepotong dongeng bulan kisah di malam-malamnya " Alkisah, seorang putri dirundung muram hatinya kesepian kebahagian semu yang hanya dia dapatkan taburan intan permata mendinginkan setiap sel hatinya.. Dia menangis, berontak untuk sebuah cerita berkedok hulabalang ia menerjang menghancurkan setiap kukungan Terlepaslah dia disebuah simfoni tentang hijau tentang perdu tentang biru tentang syahdu tentang kelu tentang semu tapi sepi yang menjawabnya Terkisah, matanya menangkap dan hatinya gundah merasakan sebuah perbedaan Selintas dan wajahnya terukir jelas saat terbuka maupun terpejam saat sadar maupun berkhayal gelombang menerjang memupuskan alur energinya Siang dan malam, wajahnya terpajang di taman, di bangku, di tanah, di awan, di kayu di setiap ke

V. Sunyi

Angin yang menemaniku berangkat Mendung yang mengajak ku bercanda Hujan yang menghiburku, menyembunyikan tangisku dengan aernya Mentari yang menuntunku, mendorong kembali asa yang terlanjur terpatri Bulan yang mendengarkan ceritaku Aer tempatku menumpahkan beban bebanku Api yang menghangatkanku saat dingin menyapa Siang untuk senyumku Malam untuk tangisku Dan sunyi untuk diriku, hatiku dan hidupku * yang panjang dan melelahkan, saat senyum tak kukenali lagi

IV. Luka

Terterjang pisau waktu Menerkamku dari semua penjuru Tak terperi Diamku yang akan menceritakannya padamu Karena diamku yang mengantarmu pergi yang terikat erat, menganga saat di tarik paksa Mengelamkan dibalik bayang-bayang dunia membalikku dalam ketidakberdayaan Diamku mengantarmu karena aku ragu bisa tersenyum lagi untukmu

III. Jarak

Image
Terbentang jauh antara kita dibelahan yang berbeda Waktu seakan tak seirama memudarkanmu Bukan dari tempatmu bersemayam dihatiku tapi dari bayang-bayang ini Mencengkeram kehampaan disetiap malamnya Melukis senyum semu disetiap siangnya Belenggu ini mengoyak oyak jiwa-jiwa yang terombang ambing pada titik terapuh Untuk mendekatkannya aku menyerah Biarkan malam ini aku berlayar keteluk teluk terpencil Diantara karang yang curam dan kelamnya malam tanpa bintang menambatkan sauhku Dilautan mimpi yang tak berbatas mencari imajinasi terindah karena jarak ini terlalu jauh kurasakan untuk sekedar membayangkanmu *saat jarak itu menarik luka

II. Bisu

Kau sedekat diriku padaku Jeda kita sejengkal, hanya fisik hatiku tertaut tak terpisah pelangi kulihat tiap hari walau hujan tak datang mentari tak menyapa bulan purnama berpijar keemasan yang memijari hatiku sejuk Tapi ada yang iri pada kita tentang waktu yang tak mengijinkan kita sejenak berbagi kisah untuk beberapa kisah terakhir Hingga, semua memudar berpendar dan mengabur oleh jarak kau tak terjamah walau hatiku tetap terpaut Jika diam, maka dialah racunnya Jika diam, dialah dinamitnya Jika diam, dialah bara yang kusimpan yang akan membakarku sendiri Mentari datang ketika pelangi kuharapkan Bulan kian buram emas-emasnya berganti gambar-gambar buram. Saatku meninggalkanmu, kutinggalkan separuh hatiku bukan untuk kutagih, tapi untuk menjagamu Pelan dan aku meninggalkanmu disana Kutinggalkan diamku, bisuku untukmu

I. Angin musim kemarau

Image
angin malam yang membius kita diantara malu dan mau kutatap wajahmu dengan sangat dalam saat kau tak melihatku hatiku berdentum tak berirama kadang melambat tak berdetup tapi selepasnya cepat tak bisa kuimbangi indahmu bukan disini disana atau disitu indahmu ada disenyummu yang terpancar dari sumber tercantik kau bintang kejora sengaja turun menggodaku kisahmu kubungkus erat, nanti kumasukkan dalam peti hati lalu kututup erat-erat, hingga saat nanti kau halal untukku aku tersenyum untukmu saat kau tak melihatnya disaat yang sama aku mulai membisikan, aku cinta padamu untuk semua definisi yang telah dan akan ada

secangkir untukmu

Image
setegak dan akan larut kegundahanmu dua tegak dan akan melunak bimbangmu tiga tegak dan terhenti tangismu empat tegak dan air matamu menguap secepat meteor menyapa atmosfer lima tegak dan beban-bebanmu mulai mengikis terangkat pasti oleh angin dan cahaya enam tegak dan senyummu malu malu tersungging dibibirmu tujuh tegak dan kau berdiri mendekatiku delapan tegak kau memegang pundakku, menyapaku dengan energi barumu sembilan tegak aku lihat dirimu lagi yang berdiri tegak didepanku sepuluh tegak dan kau habiskan secangkir teh untukmu dariku dan kita tertawa bersama lagi menuangkan secangkir, untuk sepuluh atau lebih tentang kisah kita Gerra, kisah-kisah para raja.

bintang

Image
kerlipnya tak terlalu terang penghias malam yang kian kelam berpendar dan meredup bernafas dalam detik detak jantung kisahnya langka diantara cerita para dewa tempat bersemayam atau sebuah penjelmaan terkisah pula sang putri pujaan dewa-dewa belang menghantam menghambar buas tak punya aturan arak-arakan mendung tenang menutupi sandiwara bintang berlanjut disana tidak disini gerimis menyapa debu debu yang kian menggunung dibalik sana, sandiwara dilanjutkan sandiwara beku yang terus diputar oleh alam

Umai

Gw gak pernah bertemu langsung dengannya, kenal [tahu dikit tentang dia] juga baru. Awal mulanya dari sobat kelas gw maen ke GBA (Aliyaplex), ngobrolin masalah TA. Dia sharing ke gw masalah TA nya, gw sendiri saat itu cuman ngerti dikit tentang konsep ma teori TAnya. Banyak blanknya daripada ngertinya. Waktu sharing banyakan gw kasih masukan motivasi and trik2 ngerjain TA. Keasyikan ngobrol ma dia, Isya gw telat and gw ma dia cabut gak ikut sholat terawih. Di hari sebelumnya gw pernah liat profile FB-nya si sobat gw itu. Berhubung siblingnya banyak, gw liatin atu-atu. Keluarga sobat gw adalah keluarga religius, bokapnya petinggi partai tiiitttttt yang terkenal dengan aura dakwahnya itu. Pas liat-liat ketemu profile sodaranya yang bikin gw heran and g percaya. Waktu jalan pulang bolos terawih gw tanyaain. "Beneran sodara lw ada yang tatoan bos?" "Iya", jawabnya singkat. Karena sangat penasaran gw korek2 dah info darinya, sedikit banyak gw ngerti tentang anak it

pagi

Image
Pagi itu awal kehidupan, saat dimana sesuatunya dimulai dari awal atau melanjutkan apa yang seharusnya diakhiri. Pagi itu saat jiwa-jiwa tersadar, bergegas menyibak selimut dan mambasuhkan aer ke jiwa-jiwa yang masih terkatung-katung di persimpangan. Pagi itu saat para pembuai diikat erat oleh terik mentari. Pagi itu saat mimpi digantungkan lagi, dituliskan diantara dinding dinding impian.Pagi itu saat kita bangun dan bergegas. Sangat kusadari, separuh jiwaku kutinggal di sana, di waktu menjelang pagi, larut pagi, pagi buta dan pagi ketika mentari mulai terbit. Aku mencintai saat menjelang pagi, karena disanalah saat terbaikku untuk bertemu sahabat sejatiku. Bintang dan bulan, keduanya atau kadang bergantian, aku selalu menikmati saat kebersamaan itu. Saat itu adalah saat dimana waktu terbaik untuk berdoa dan meminta. Selalu kusempatkan untuk menyapa sahabat-sahabatku di atas sana, setelah aku berserah diri pada Yang Kuasa. Larut pagi, adalah waktu tersunyi yang bisa kita temukan. Saat