Posts

Showing posts from 2009

100 puisi

Ketika aku kehabisan kata kehabisan tinta kehabisan makna kehabisan jiwa Kutengok lagi 100 puisiku berharap masih ada yang tersisa

Sahabatku

Malam Rembulan bintang Angin dan dingin malam Serangga malam Adakah yang belum kutuliskan?

Sepi

Tuhan ijinkan aku melangkah kebintang bintang disana Semalam saja Aku dan dia dalam kesepian Biarkan kami bertemu dan saling menyapa untuk membunuh sepi yang menyayat ini Semalam saja

Bawa kembali aku malam

Malam ambil aku kembali Aku terlalu asing untuk siang dan dunianya Aku rindu bulan, bintang, angin malam Orkestra serangga, gemrisik semak dan semuanya Bawa aku kembali malam Aku terlalu asing disini

Rembulan

Menyingkirlah sebentar awan aku ingin berbincang sebentar dengan rembulan Sudah terlalu lama aku mengabaikannya

Di kamar ini, sunyi

Di sudut-sudut kamar ini hanya sunyi yang kutemui Tak ada cerita Tak ada nanyian Tak ada tangisan Atau canda tawa Benar-benar khusyuk dalam sunyi Aku terpekur di satu sisi Diam mendengarkan berharap dinding-dinding bercakap-cakap Hingga kutahu apa yang terjadi di kamar ini, tadi, kemarin, dan kemarinnya lagi

10.29

Semenit mendekat 10.30 Semenit meninggalkan 10.28 Entah dimana Tempat ini diam tapi kian melaju Menulis dan menghapus Berpijak atau membeku disana? Entah Yang kutahu sekarang masih 10.29 Semenit mendekat 10.30 Semenit meninggalkan 10.28

Aku Sang Pencemburu

Aku pencemburu malam yang sabar menjaga mimpi-mimpi Aku pencemburu awan yang ikhlas membagi hujan kehidupan Aku pencemburu siang yang telaten membimbing jiwa-jiwa Aku pencemburu kemarau yang kebal akan cacian dan hinaan Aku pencemburu alam yang diam dengan semua kesengsaraan Aku pencemburu burung terbang yang bebas melayang tak terikat Aku pencemburu bintang sang penunjuk arah dan tujuan Aku pencemburu lautan yang sabar tabah menampung curahan air Aku sungguh-sungguh hanya sang pencemburu Maafkan aku Tuhan

Tembok

Sungguh ku tak percaya Pada dinding tembok dingin disebelahku Benarkah dia tuli mendengarkan ocehanku atau penguping sejati yang berpura pura?

Rasa yang Kau titipkan

Tuhan terima kasih atas rasa yang telah Kau titipkan ijinkan aku untuk berlari lagi menembus semak membelah malam Aku ingin tersesat pada kelam malam

Hitam dan Putih

Buatkan ini hitam dan putih biar tak ragu aku memutuskannya

Pembunuh atas nama cinta

Aku mengoyak luka kekasihku dengan cinta dengan kata hilang makna sirna Mengurai badai saat kemarau ceria Datang dengan tiba-tiba Lidahku mengeras baja membatu menusuk raga Lagi-lagi atas nama cinta Aku menusuknya dengan bara Oleh masa tak terulang namun urung terlupa Sungguh hina diri, malang Aku petir yang memaksa air berpisah dengan awan Menguap dan hilang Aku menyerapnya dalam kelam dengan kesunyian hampa Padahal dia siang yang periang dengan pelangi di ujung harinya Sungguh aku pembunuh jiwa atas nama cinta

Tidur

Aku ingin tidur diantara ilalang Dipelukan bintang Dongeng-dongeng indah oleh kumbang Dengan iringan orkestra malam yang mengalun tenang

Boleh aku tersenyum?

Boleh aku tersenyum? agar dunia kita sama walau pada akhirnya memang berbeda

Ujung lingkaran

Mencari ujung dari lingkaran jalan ini Kau tertawa? Jangan mengejekku cukup kau tunggu Nanti kukirim kurir Jika kami telah bertemu

Bisu

Sepanjang kata yang tak lekang mengurai makna cita, cinta sedih, perih sendu, pilu hina, dina asa, bara kelam, cahaya buram, warna siksa, luka iris, tangis Masih bisu berteriak dalam kesunyian tak terdengar Suaraku masih tak terdengar Aku bisu oleh kata

Inikah surga, Tuhan?

Merdu denting gerimis Harum tanah yang melepas kerinduan pada sang hujan Awan berkabut berarakan menembus dinding gunung mencari peraduan sebelum malam merunggut cahaya Air hujan mengalir, sekali kali menggoda kakiku yang telanjang genit Gemulai burung-burung hitam Menari menyergap dalam diam Aku terpaku terpukau Inikah surga Tuhan, yang sering Engkau janjikan?

Ijinkan aku tidur Tuhan

Ijinkan aku tidur Tuhan Kala malamku begitu panjang dan pagi enggan datang Ijinkan aku tidur Tuhan Saat doa-doaku mulai palsu terucap beku Ijinkan aku tidur Tuhan Ketika langkahku tak lagi menyatu pada hati dan tujuanku Ijinkan aku tidur Tuhan Jika inderaku pergi pada hati yang pelan mati Ijinkan aku tidur malam ini Tuhan Sungguh aku terlalu lelah untuk bersyair lagi

Aku malam juga siang

bukan malam bukan siang hanya malam juga siang dan atau mungkin sebaliknya dan (mungkin) itulah aku

Aku Pulang Tengah Malam

Aku pulang tengah malam Saat tak ada kata yang merayu atau mendusta Aku pulang tengah malam Membawa kelam di tangan dan hatiku Aku pulang tengah malam Saat kalian terlelap mengendap tak ingin kalian merayakan kehadiranku Aku pulang tengah malam Saat batas menjadi kabur dan masa menjadi ambang Dan masih aku pulang tengah malam Mungkin selalu Janganlah kau tunggui aku Malam ini aku pulang tengah malam

Padam Bara

Sekilas temaram di balik ringkih detak nafas bergejolak tak bersuara Menyerap jiwa Aku butuh air, wahai pujangga yang mendinginkan gelora, wahai pecinta menggemburkan ladangku, wahai kelana mendewasakan cintaku, wahai yang kucinta Padamkan baraku, tolonglah wahai kalian semua

Sore indah untuk malam kelabu

berjalan diantara trotoar lusuh dengan kaki telanjang merasakan cipratan comberan dengan percik gerimis hujan dan deru petir bersahut pilu malam mulai menyergap bayangan kelam dalam diam cerita indah menyambut malam setidaknya tidaknya untukku

Hilang Kata

Tolonglah aku kehilangan kata yang menyampaikan cinta yang meneriakan luka yang meramaikan cerita yang menembus dinding masa yang mengurai makna yang menemani tawa yang yan ya y .

Hilang

Menjadi yang tak terdefinisi diantara kata Atau terbuang diantara onggokan masa? Hitam diantara gulita Tertimbun di lorong-lorong cerita yang mengalir tak biasa Hidup kadang untuk ada atau mungkin lebih baik jika menghilang dan musnah saja?

Pergi datang

pergi pergi pergi sunyi sunyi sunyi lari berlari hampar terbentang juang dan harap sore dan pagi, silih berganti membalik lembaran menindih ditempat terberat berlari lari ramai ramai ramai lalu?

Maafkan Malam

aku datang dari malam dari kelam cerita tentang ketiadaan sempat menjadi siang untukku menyapamu tapi tak pernah menyentuhmu dan kembali kumenghilang oleh malam tentang ketiadaan maafkan  aku (malam)

Hujan Ketika Takbir

Ketika takbir hujan datang malam tersenyum Irama denting air dan gema "Allahuakbar" mengiringi malam mengawalnya hingga peraduan Ada bisik kebesaran disana dengan kata yang ditangkap kelam dan irama yang dilebur cinta Merindukah engkau? tentang pujian kemenangan bersama denting hujan yang berpekik sepanjang kenangan Bergabunglah, kami menunggumu

Siapa saya?

Yang menadah hujan itu angin dia yang merayu awan itu menjatuhkannya Yang menghembuskan angin itu panas dia yang mendesak, merangsak ketempat si dingin Yang mengobarkan panas itu si mentari dia tersangka pertama Yang menyapa mentari siapa? tentu bukan saya, karena saya masih bertanya siapa saya

aku menyerah untukmu

aku menyerah untukmu hujan bilaslah aku semaumu karena aku yang serakah menimba panas dan menyulut asap aku menyerah untukmu (hujan)

Balada Malam dan Hujan

Setaun ini tak kan selamanya kering Hujan semalam,menyirami menyegarkan simpul-simpul senyumku Baunya selayak nirwana terbentang d depan. Hanya ilalang basah bersembunyi Diantara orkestra jangkrik dan binatang malam Sungguh segarnya. Tak kurasa sebelumnya, tentang mereka Sedikit tunasnya malu-malu muncul Diantara butiran kristal terindah Dia hidup Dasar penipu mata para pencari cinta beku Diam khyusuk menatap alam Membisu ah aku tau jawabannya.....

Sunyi

Ketika sunyi aku mati terdampar di antara dinding yang membisu bukanku tak ingin teriak aku hanya ingin mendengar detak jantungku dan jantung malam, jika sudah tiba masanya Ketika mati apakah akan sunyi? mungkin dinding itu yang akan menjawab

24 Malam

Dengan Menyebut Asma-Mu Bunyi tetes aer sisa hujan sore tadi mengiringiku merasuk ke pekatnya malam, menelusuri beragam perjalanan yang tak dapat tersentuh lagi. Aku sudah melewati malam ini sebanyak 24 kali dalam hidupku. Malam beragam, dan coba dengan keras kuingat bahwa aku selalu melewati malam-malam yang berbeda disetiap tahunnya. Begitu banyak yang mengganjal disini, di malam ini. Ada yang mengikat erat kedua kakiku hingga urung kugerakkan. Aku masih disini, di sela-sela ruang kelam di sudut malam yang selalu pekat tak terjamah sinar bulan dan bintang. Walau dengan keras aku berusaha menyibaknya, hampir percuma aku berusaha. Diantara gelap gulita, aku masih berusaha tertawa atau sekedar tersenyum. Aku tidak peduli apakah ada yang peduli dengan tingkahku ini, aku merasa malam ini menyerap semua sisa kebahagian yang sempat kusisihkan dan kutabung. Aku masih belum ikhlas pada malam, yang setia menemaniku tapi membunuhku secara perlahan. Malam terus menerobos lorong-lorong waktu deng

Pelangi

Image
Pelangi itu ada karena matahari tidak memaksakan kehendaknya akan panas dan hujan ikhlas menerima angin yang menyentuhnya pelan tidak kencang seperti selayaknya Tidak ada yang menduhului atau berpijak didepan memasang topeng mereka ada pada porsinya masing-masing Lihatlah lagi Pelangi di ujung barat sore ini dia adalah kecantikan yang tersaji dari perbedaan yang bersenergi saling mengisi

Beda?Tak ada!!

Lalu apa bedanya? Malam yang benderang atau Siang yang gulita Kalau jiwa-jiwa ini runtuh patuh Oleh topeng dan belenggu rantai setan Tak ada!!

Sepanjang Sore

Image
Mematuk matahari senja yang mulai menjingga Aku akan membungkusnya, sebelum pegunungan barat merampasnya dariku Bayangan mengaku temanku urung percaya aku penuh curiga Cemas dia berdekatan dia selalu menjauhiku kala matahari juga menjauhiku Mereka bercumbu di belakangku? Siapa yang menjawab? Tak ada? Ah kutunggu bulan saja nanti seperti semalam kemarin

Titik

Saat tak ada lagi cerita Apa yang akan ditulis?

Ibu

Ibuku mengajariku melukis hingga bisa kuwarnai hari Ibuku mengajariku bernyanyi hingga bisa kuramaikan sunyi Ibuku mengajariku berlari hingga terus kukejar mimpi Ibuku mengajariku berdoa berharap selalu ingat dan tak pernah lupa Ibuku mengajariku tersenyum mengingatkanku untuk tak selalu sendiri Ibuku mengajariku diam membangunku dalam kebijaksanaan Ibuku masih terus mengajariku tentang dunia yang tak kukenal Untukku menatap siang dan malam Tapi ibuku lupa mengajariku untuk mengingat jasa-jasanya..

Pohon Yang Tersisa

Image
Kenapa masih bertahan disana? Jika yang lain rela menjadi alas yang tak bernyawa Kenapa masih bertahan disana? Jika hujan tak lagi menyapa menguapkan asa Kenapa masih bertahan disana? Jika mentari tak lagi bersahaja tak lagi memberi panas yang secukupnya Kenapa masih bertahan disana? Jika aer urung menyela diantara bongkahan yang merindukan sapa Kenapa masih bertahan disana? Jika udara penuh pekat racun CO2 menyelamu tak memberi jeda Kenapa masih disana? Tak perlulah kau bertahan disana

Siapakah Sang Pahlawan

Mimpi Idealisme Kata hati Realita Siapakah sang pahlawan?

Sajak malam

Seandainya malam ini tak berujung pagi akan kutulis dengan pena malam hingga matahari sungkan terbit dari sana tentang dan hanya lelah dan sebak

Hidup Untuk Hari Ini

Aku hanya sebuah kereta yang ditarik oleh waktu dimainkan oleh sang takdir Melaju untuk hari ini Kupajang seribu mimpi di sana, di ujung perjalanan yang pemberhentiannya tak pernah kutahu Tadi sejarah yang kuukir sebesar apapun hasrat untuk kembali semua sudah mengabur menjadi semu Aku hanya sebuah kereta diantara desing untuk hidup hari ini

2. Kupu

Ku-untuk diriku Pu-sapaan manisku untuk memanggilmu walau hanya mendayu di awan awang Dan Kupu untuk cerita malam yang kita pentaskan di panggung-panggung drama Drama sederhana jikalau kuurai dengan kata tak ada yang istimewa menggelora Setiap kumengucap urung terdengar terkulum masa Kau dengan dia atau dia masih bersamamu Aku yang menunggu Hati yang memilihlah yang menegarkanku disaat terapuhku Drama berlanjut dalam pentas tak jua tertebak penonton Drama ini mengalir deras ke muara-muara dangkal dan berbatu Pernah karam, cerita berbiduk ditambal lagi dan lajur arus drama yang keras menarik membawa pergi lagi Entah sampai kapan aku tak tahu, Yang kutahu hanya Hatiku benar untuk memilihmu

1. Kepompong Hati

Aku terdiam lama tadi malam sangat lama, hingga kuacuhkan kehadiran bulan dan bintang sahabatku Seperas keringat menemaniku melawan dingin menggigil sapaan sang angin malam, yang biasanya merdu menganggu tapi sekarang urung sanggup menyapaku Aku masih disini, memandang kosong kedepan di balik kecamuk jiwa yang bergelora. Tentang apa? Atau tentang siapa? Kujawab dua duanya.. Tentang cinta jikau tanya apa Qonita jikau tanya siapa. Masih bertanya? Tak perlu, biarkan aku yang bercerita tentang kupu-kupu indah yang menyentuh jiwaku itu. Dari sini aku mulai, dari perkenalan sederhana seperti yang lainnya Dia menyapa, aku berbalas selayak mentari bersinar dan malam menyerap energinya mengalir dengan pakem alam Tak ada cerita, hingga tiba aku bercerita pada purnama biasa, seperti sebelumnya Dibalik jendela tipis bis aku melihat bulan meringis ada yang lain, sempat kugubris kutanya, dia diam..Kusela "Ah kau ternyata habis menangis" Dia bercerita, aku mendengarkan menyimak dalam bisu d

Sumpahmu dulu

Waktu di sini berhenti ya? Atau berjalan mundur? Atau disini hanya ada pengulangan semu tiada akhir? Negeri pemimpikah ini? atau negeri bagi kumpulan pemimpi? yang selalu dibuai candu Hampir seabad waktu disini mengukir tentang kegagahan dan semangat berbinar dari sekumpulan pemuda liar yang menerjang rambu dan aturan berikrar satu sumpah Sumpah kebersamaan yang menggaung menerjang dinding-dinding kolonialis Semua tercatat manis dibuku yang dicetak seribu, sejuta, semilyar kali diulang-ulang setiap senin dibacakan dibawah merah putih dengan lentera mentari pagi Bocah-bocah menghapalnya mengingatnya untuk sebuah nilai yang didewakan Negara mengajarkan mengingat lupa mengajarkan nilai luhur kandungannya Tanggal ini, di hari ini 81 tahun lalu kisah itu dimulai oleh pemuda dan orang-orang berjiwa muda menonggakan patri untuk negeri ini akan makna kebebasan dan kesetaraan akan kebanggaan menjadi sendiri, mampu untuk berlari Masih sama kan? Isi, makna, tanggal dan bulannya Aku rasa masih, se

Hujan Malam

Darahku mengalir bersama gemericik aer hujan yang berdenting ketika menyentuh sebuah benda. Tak akan pernah berhenti hingga ia menemukan tempat yang datar, rata dan tenang. Sebuah perjalanan yang gelap menyusuri alur yang sama sekali baru. Entah dimana peraduan terakhir itu akan ditemuinya. Mungkin peraduannya terakhir adalah saat pertama dia bersentuhan, atau mungkin ada yang tak pernah dia jumpai peraduan terakhir itu. Malam ini ribuan galon aer tumpah dari langit, sebuah awal dan akhir. Wujud tak nampak, hanya denting suara dan hembusan angin malam yang ikhlas membawa kabar. Urat-urat tanah yang beruntunglah yang menerima darah-darah hujan yang melewatinya. Nasib dan takdir. Jika memang hujan mampir, nasib yang menentukan aer hujan melewatinya. Lepas dari kealpaan sang pemilik tanah yang lupa membuka jalur selokan, atau arah aer hujan yang tidak membelakanginya. Takdir yang menentukan pertemuan mereka. Sekenario yang sudah dicatat mendetail ketika masa belum terdefinisi. Sebuah ceri

fresh morning after the rain

What stories tell us last night? I'm just listening for the drop rain between the dream i hear the music of nature Dark night covering us in the middle of time and the coolest temperature I'm just sleeping well just hear the music of nature Until the morning comes Nobody knows what happen last night Just the rain or something else The fresh one say hello to us I'm just hear the rest music of nature

benci

Aku seorang pembenci pembenci diri Diri yang memberangus pelangi dan mentari Pelangi warnanya kuhapus oleh buta mata dan hati Mentari kututup sinarnya dengan mendung dan kelam Sampai disini masih tak mengerti aku yang membenci diriku sendiri

Di kamar

Terkukung di kamar Di siang bolong Menulis cerita picisan yang tertumpuk dan terbuang oleh seribu cerita sama Sejenak mendayu menunggu untuk sesuatu yang meragu entah Kata tertahan suara suara tercekat kelu Kelu bertahta di dinding, di jendela, di meja di lemari, dan dimana saja Lagu pengusir jemu sempat singgah dan hilang tak bermakna lagi, untuk yang kedua Masih terkungkung ceritaku? Bacalah dari atas lagi, itu ceritaku

Bayang-bayang

Bukan gelap yang mencerangkam atau silau yang menghalau Hanya kata Lewat suara Lewat angin Lewat perantara obrolan ringan yang menggumpal Bayangan bukan dari cahaya atau dari padam pijar hanya dari lidah dan suara dan nafsu-nafsu liar Yang terkukung, berteriaklah diam kadang menghanyutkan tapi tak selamanya Suara berbalas suara karena hanya dengan bahasa yang sama kau berbicara kepada bayang-bayang

Maju

Maju aku terus berlari menerjang hari melibas duri berteriak lantang tak akan pernah peduli bahkan jika diujung jalan ini hanya akan ada aku sendiri Maju aku terus melaju bahkan ketika waktu terus meragu menyibak kerikil dan lautan debu terkumpul nada dan aku berseru jangan pernah menghalangiku hanya akan ada kerugian untukmu Maju aku terus menerjang melewati jurang melumat karang Menerjang dengan garang menyibak awan, membiarkan mentari bersinar terang dan aku terus berlari, melaju dan menerjang hingga kata-kata menjadi tumpul teriakan tertahan di belakang tak terdengar lagi dan waktu hilang, dari dimensi yang kukenal dan terus terus dan terus maju, untuk sebuah mimpi yang mampir di kepalaku seribu malam

Syukur

Alhamdulillah.. Untuk pengingat Untuk penguat hati Tak hanya riang Kala gundah, saat terhempas dibawah Ucap selalu syukur Yang sempat lama kulupakan Alhamdulillah untuk semuanya Ya ALLAH

Jembatan Hati

Image
Perkenalan itu tautan hati ketika ada harap dan niat dengan sebuah isyarat Jembatan isyarat sedang kubangun pelan-pelan pasti kuselesaikan Kuharap kau sudi melewatinya nanti ketika sungai-sungai dipenuhi riak Di awal musim penghujan pict: disini

Secangkir di Pagi Hari

Image
Semerbaknya harum Candu di pagi yang cerah nan basah oleh hujan kemarin lusa Menusuk hingga kepangkal kesadaran Manisnya menyentuh Tak berlebih nan berkecukupan mengisi cita di relung-relung dahaga Menyentuh masuk ke jiwa-jiwa yang terbangunkan Pahitnya punya cerita sendiri sendiri Membawa cerita perjalanan panjang Ketika tunas hingga panen Membuai angan-angan tentang alam dan keindahannya Segarnya tak terbantahkan Teman penyapa pagi Semangat memulai hari Secangkir saja dan coba rasakan Hangatnya secangkir teh Di pagi ini pict: disini

Hujan di Bulan Oktober

Image
Suasananya selalu berbeda dan tak terlupakan Dingin yang menentramkan menghanyutkan ke samudra imajinasi Melukis senyuman Semerbak harum tanah tanah yang basah oleh titisan awan bercerita perjalanan yang panjang Diantara kisah kisah kemarau yang tak berakhir Mendung mendinginkan hari membuka celah-celah yang selama ini menutupi mata dan hati.. Hujan ini mengusir debu,menghapus peluh untuk sebuah cerita sederhana nan indah hingga kemarau datang menjelang pict: disini

Menyusuri Malam

Image
Mencari jejak yang sempat kutinggalkan yang terisi duka dan bahagia serta cerita cerita yang lain Diantara rerimbunan pohon dan angin malam Pelita bulan kupinjam sebagai penerang Untuk kususuri malam mencari cerita yang sempat kutinggalkan sampai nanti, pagi datang menyapa pict: disini

Tak Pantas

Image
Pembisik kelam Pengganggu malam Mengoyak oyak batas Pembuka azab Kembali aku terhempas Merangkak dari bawah Hingga waktu yang tak ditentukan Membawa sesal dan sebak yang kian menusuk dan membenamku lagi Termenung, tak pantaslah aku disini diantara kalian, wahai sahabat malam pict: disini

Sore Yang Berguncang

Panggung berguncang menarik pandangan bukan senyum lakonnya tangis dan kepedihan Pongah-pongah cerita yang membatu luluh lantak dalam puing-puing kepedihan Derai air mata bercampur dengan hujan di akhir september pilu Senyum pahit, dan gulita adalah teman sejati Ini pengingat? atau hukuman? mereka yang salah? atau kami penyebabnya? Sang pengantur cerita telah menentukan ini mengingatkan lagi peran dan lakon kita Agar tak berguncang lagi panggung ini

Pujangga Malam

Mengumpulkan serpihan cerita Duduk khusyu' di bawah pelita malam diantara bintang dan bulan Di pilah-pilah cerita Satu untukku Satu untukmu Satu untuk yang terlewatkan Dan satu untuk esok malam

Memeluk Malam

Takkan terengkuh dingin dan kelam Waktu untuk dihentikan deru dan redam Ditabur kala senja menjingga Dituai kala pagi beranjak Bukan sebagai penghias tapi pengisi drama Sepi terusir oleh kelam Gending menderu deru di alam yang terlupakan Cerita berlanjut hingga kehangatan datang dan memelukmu mesra

Menunggu

Hingga terombang ambing Siapa terikat? Gelombang menyeretnya gemulai hingga tiba di tapal batas aku menunggu.

Hilang

Pandang mengabur Ucap lirih membisu Dengar desir lirih terakhir Cium tinggal hampa penuh sebak Halus kasar hilang berganti tawar Sinar terserap kelam Siang tergeser ke peraduan dingin mencengkeram Kelu bertakhta di singgasana jiwa Jiwa-jiwa melayang terombang ambing terpendar Hilang makna cinta hanya sisa rayu dan tipu Tersesat di rimba lebat sendiri, kelu untuk sekedar berbisik Maknaku terus terkikis oleh dosa dan hina Waktu tak kunjung bersua Kutunggu hingga aku kehilangan makna Lagi..dan lagi dan waktu terasa lama

Pemberhentian

Yang sempat kupertanyakanIni begitu cepat, saat aku mulai akrab dengan perjalanan Aku tertegun Mungkin aku yang baru tersadar Atau belum rela akan akhir sebuah cerita sederhana Kelu sejenak menatap dimensi normal yang akan kujalani Sebuah kisah lagi, yang terpisah ratusan ribu kaki jauhnya Tak apa, sudah kutitipkan Pada waktu, malam dan hujan sepanjang bandung-madiun 10 september

Bunga-bunga Mimpi

Ini cerita malam Bukan dongeng Bukan juga sinetron, drama, opera atau film-film yang mengisi lembaran mimpi orang-orang terjaga Cerita yang kukenal tapi tak bisa kuceritakan Cerita yang nyata tapi tak bisa kuingat Cerita yang melankolis tapi tak bisa kutangisi Cerita tentang aku, dan aku saja Mungkin diantara seribu kisah lain, ketika kereta melesak menembus kelamnya malam yang berpacu dengan waktu Yang sejenak tersadarkan beberapa saat di pemberhentian Ketika lalu lalang, suara-suara gaduh mengadu Menjajakan cerita panjang kehidupan Masih tak bisa kuceritakan Masih tak bisa kuingat Masih tak bisa kutangisi Atau kaubiarkan sejenak lagi Siapa tahu cerita akan berbeda di kesudahannya

Gadis Berbaju Merah Muda

Hei,kau yang berbaju merah muda! Kau yang melambai pada kami Diantara ilalang-ilalang dan rumah tua Siapa engkau? Wajahmu tampak bersahaja Terkumpul diantara potret-potret dinding kaca kereta yang retak Siapa engkau? Potretmu sempat kusimpan Namun wajahmu urung kuingat Ah biarlah, nanti kuberikan potretmu Jika kita bertemu Kereta ini melaju meninggalkan batas ruang dan dimensi kita sejenak tadi

Menjemput Malam

Kau tahu malam? Sekarang aku sedang mencari dan mengejarnya Berharap bisa berkelana, berkenalan dan bercengkerama lama Jika kau bersama malam Kabari aku, dimana Biarkan aku kesana, menjemputnya

Meninggalkan sore

Yang tertinggal disana Di tempat kereta ini menyambutku Di awal perjalanan yang melelahkan ini Kutinggalkan secuil mozaik jiwaku Secuil saja Hanya secuil yang bisa melengkapiku Di sana, dibawah langit sore yang kian menjingga Yang memudarkan warna biru agung Kuberharap ada yang akan menjaganya Hingga nanti kukembali Lantunan doa kuucap lirih Sangat lirih Seirama dengan gemerisik gesekan rel Kutatap lagi jingga yang kian kelam Berharap penuh ini abadi Sampai kembali dan kususun kepingan jiwaku Hingga utuh lagi

Puisi malu

Image
nb: klik gambar untuk melihat lebih jelas

Menjaring Cahaya

Menjaring cahaya Yang akan kulakukan pagi ini Ketika mentari masih ramah, dimasa indah emosinya Masih di berikan yang terbaik untukku Cahaya cahaya Yang kusimpan hingga nanti malam Karena aku takut seperti semalam saat mendung menyelimuti penjuru langit Memisahkanku dengan sahabat-sahabatku Aku sendirian dalam gelap Tapi, akan kutaruh dimana nanti? Di dadaku yang sudah terisi penuh sebak? Di mataku yang sudah terisi penuh kelam? Di hatiku yang sudah terisi penuh beban? atau dimana? Atau boleh kutitipkan padamu? Asal kau tak keberatan dan tak membuatmu begadang satu siang ini

Menanti di Ujung Batas

Yang terdengar hanya bisikan angin di tempat yang sunyi Bertemankan senja Aku berdiri Waktu bergerak, melewatiku rapi berbaris teratur Terpana kedepan melihat hamparan ladang cerita yang terpisah oleh jutaan dimensi Terpana kedepan masih ke hamparan ladang cerita mencari sosokku disana Melihat dan berharap Diantara kerumunan itu Kumelihatmu melihatku Berjalan pelan, menyibak arus Berjalan ke arahku Disini, aku menantimu di ujung batas

Sepanjang jalan

Image
Jalannya lurus Jalannya berkelok Jalannya memutar Jalannya buntu Jalannya sempit Jalannya terjal Jalannya sesak Jalannya sunyi Jalannya mendatar Jalannya mendaki Pastilah jalan yang akan dan telah kau lalui *saat hari berganti dan kantuk tak jua datang

aku letakkan disini

Image
Aku letakkan disini dan ambillah Tak kan usang Tak kan sirna Tak usai kita menunggu Untuk semi atau gugur panas atau penghujan maka ambillah Aku letakkan disini silahkan kau ambil kapan saja nb: image

story of weather

Image

tidurlah di bawah rembulan

Image
Wahai kau yang dijaga peri-peri malam Dibelai angin malam bulan september Meringkuk di selimut awan Meranjut mimpi diantara simfoni alam Berjalanlah.. Mendekatlah.. Duduklah disini, di sampingku Duduklah dan mendekatlah akan kuceritakan sepotong dongeng bulan kisah di malam-malamnya " Alkisah, seorang putri dirundung muram hatinya kesepian kebahagian semu yang hanya dia dapatkan taburan intan permata mendinginkan setiap sel hatinya.. Dia menangis, berontak untuk sebuah cerita berkedok hulabalang ia menerjang menghancurkan setiap kukungan Terlepaslah dia disebuah simfoni tentang hijau tentang perdu tentang biru tentang syahdu tentang kelu tentang semu tapi sepi yang menjawabnya Terkisah, matanya menangkap dan hatinya gundah merasakan sebuah perbedaan Selintas dan wajahnya terukir jelas saat terbuka maupun terpejam saat sadar maupun berkhayal gelombang menerjang memupuskan alur energinya Siang dan malam, wajahnya terpajang di taman, di bangku, di tanah, di awan, di kayu di setiap ke

V. Sunyi

Angin yang menemaniku berangkat Mendung yang mengajak ku bercanda Hujan yang menghiburku, menyembunyikan tangisku dengan aernya Mentari yang menuntunku, mendorong kembali asa yang terlanjur terpatri Bulan yang mendengarkan ceritaku Aer tempatku menumpahkan beban bebanku Api yang menghangatkanku saat dingin menyapa Siang untuk senyumku Malam untuk tangisku Dan sunyi untuk diriku, hatiku dan hidupku * yang panjang dan melelahkan, saat senyum tak kukenali lagi

IV. Luka

Terterjang pisau waktu Menerkamku dari semua penjuru Tak terperi Diamku yang akan menceritakannya padamu Karena diamku yang mengantarmu pergi yang terikat erat, menganga saat di tarik paksa Mengelamkan dibalik bayang-bayang dunia membalikku dalam ketidakberdayaan Diamku mengantarmu karena aku ragu bisa tersenyum lagi untukmu

III. Jarak

Image
Terbentang jauh antara kita dibelahan yang berbeda Waktu seakan tak seirama memudarkanmu Bukan dari tempatmu bersemayam dihatiku tapi dari bayang-bayang ini Mencengkeram kehampaan disetiap malamnya Melukis senyum semu disetiap siangnya Belenggu ini mengoyak oyak jiwa-jiwa yang terombang ambing pada titik terapuh Untuk mendekatkannya aku menyerah Biarkan malam ini aku berlayar keteluk teluk terpencil Diantara karang yang curam dan kelamnya malam tanpa bintang menambatkan sauhku Dilautan mimpi yang tak berbatas mencari imajinasi terindah karena jarak ini terlalu jauh kurasakan untuk sekedar membayangkanmu *saat jarak itu menarik luka

II. Bisu

Kau sedekat diriku padaku Jeda kita sejengkal, hanya fisik hatiku tertaut tak terpisah pelangi kulihat tiap hari walau hujan tak datang mentari tak menyapa bulan purnama berpijar keemasan yang memijari hatiku sejuk Tapi ada yang iri pada kita tentang waktu yang tak mengijinkan kita sejenak berbagi kisah untuk beberapa kisah terakhir Hingga, semua memudar berpendar dan mengabur oleh jarak kau tak terjamah walau hatiku tetap terpaut Jika diam, maka dialah racunnya Jika diam, dialah dinamitnya Jika diam, dialah bara yang kusimpan yang akan membakarku sendiri Mentari datang ketika pelangi kuharapkan Bulan kian buram emas-emasnya berganti gambar-gambar buram. Saatku meninggalkanmu, kutinggalkan separuh hatiku bukan untuk kutagih, tapi untuk menjagamu Pelan dan aku meninggalkanmu disana Kutinggalkan diamku, bisuku untukmu

I. Angin musim kemarau

Image
angin malam yang membius kita diantara malu dan mau kutatap wajahmu dengan sangat dalam saat kau tak melihatku hatiku berdentum tak berirama kadang melambat tak berdetup tapi selepasnya cepat tak bisa kuimbangi indahmu bukan disini disana atau disitu indahmu ada disenyummu yang terpancar dari sumber tercantik kau bintang kejora sengaja turun menggodaku kisahmu kubungkus erat, nanti kumasukkan dalam peti hati lalu kututup erat-erat, hingga saat nanti kau halal untukku aku tersenyum untukmu saat kau tak melihatnya disaat yang sama aku mulai membisikan, aku cinta padamu untuk semua definisi yang telah dan akan ada

secangkir untukmu

Image
setegak dan akan larut kegundahanmu dua tegak dan akan melunak bimbangmu tiga tegak dan terhenti tangismu empat tegak dan air matamu menguap secepat meteor menyapa atmosfer lima tegak dan beban-bebanmu mulai mengikis terangkat pasti oleh angin dan cahaya enam tegak dan senyummu malu malu tersungging dibibirmu tujuh tegak dan kau berdiri mendekatiku delapan tegak kau memegang pundakku, menyapaku dengan energi barumu sembilan tegak aku lihat dirimu lagi yang berdiri tegak didepanku sepuluh tegak dan kau habiskan secangkir teh untukmu dariku dan kita tertawa bersama lagi menuangkan secangkir, untuk sepuluh atau lebih tentang kisah kita Gerra, kisah-kisah para raja.

bintang

Image
kerlipnya tak terlalu terang penghias malam yang kian kelam berpendar dan meredup bernafas dalam detik detak jantung kisahnya langka diantara cerita para dewa tempat bersemayam atau sebuah penjelmaan terkisah pula sang putri pujaan dewa-dewa belang menghantam menghambar buas tak punya aturan arak-arakan mendung tenang menutupi sandiwara bintang berlanjut disana tidak disini gerimis menyapa debu debu yang kian menggunung dibalik sana, sandiwara dilanjutkan sandiwara beku yang terus diputar oleh alam

Umai

Gw gak pernah bertemu langsung dengannya, kenal [tahu dikit tentang dia] juga baru. Awal mulanya dari sobat kelas gw maen ke GBA (Aliyaplex), ngobrolin masalah TA. Dia sharing ke gw masalah TA nya, gw sendiri saat itu cuman ngerti dikit tentang konsep ma teori TAnya. Banyak blanknya daripada ngertinya. Waktu sharing banyakan gw kasih masukan motivasi and trik2 ngerjain TA. Keasyikan ngobrol ma dia, Isya gw telat and gw ma dia cabut gak ikut sholat terawih. Di hari sebelumnya gw pernah liat profile FB-nya si sobat gw itu. Berhubung siblingnya banyak, gw liatin atu-atu. Keluarga sobat gw adalah keluarga religius, bokapnya petinggi partai tiiitttttt yang terkenal dengan aura dakwahnya itu. Pas liat-liat ketemu profile sodaranya yang bikin gw heran and g percaya. Waktu jalan pulang bolos terawih gw tanyaain. "Beneran sodara lw ada yang tatoan bos?" "Iya", jawabnya singkat. Karena sangat penasaran gw korek2 dah info darinya, sedikit banyak gw ngerti tentang anak it

pagi

Image
Pagi itu awal kehidupan, saat dimana sesuatunya dimulai dari awal atau melanjutkan apa yang seharusnya diakhiri. Pagi itu saat jiwa-jiwa tersadar, bergegas menyibak selimut dan mambasuhkan aer ke jiwa-jiwa yang masih terkatung-katung di persimpangan. Pagi itu saat para pembuai diikat erat oleh terik mentari. Pagi itu saat mimpi digantungkan lagi, dituliskan diantara dinding dinding impian.Pagi itu saat kita bangun dan bergegas. Sangat kusadari, separuh jiwaku kutinggal di sana, di waktu menjelang pagi, larut pagi, pagi buta dan pagi ketika mentari mulai terbit. Aku mencintai saat menjelang pagi, karena disanalah saat terbaikku untuk bertemu sahabat sejatiku. Bintang dan bulan, keduanya atau kadang bergantian, aku selalu menikmati saat kebersamaan itu. Saat itu adalah saat dimana waktu terbaik untuk berdoa dan meminta. Selalu kusempatkan untuk menyapa sahabat-sahabatku di atas sana, setelah aku berserah diri pada Yang Kuasa. Larut pagi, adalah waktu tersunyi yang bisa kita temukan. Saat

Sapa Pagi

Kalau pagi kubiarkan mentari menghampiri menyapa dengan hangat dan sinarnya Ramah, dan kubalas sapa "Selamat Pagi" Pagi, jangan diingkari Hanya akan semakin mematri biarkan saja Karena akan selalu sama dan kau akan terbiasa Senyum pada mentari karena dia akan semakin angkuh, ketika siang menjelang untuk hari dan hati Yang akan menjauh tak tersentuh Sapa dengan caramu dia absurd tak terdefinisi Dia hanya penyapa dan pertanda masa

bukan disini

Image
jangan dekati api hanya untuk merasakan panas lepaskan pisaunya tak perlu digoreskan dengarlah yang dihati yang kau rasa selalu sama cukup dibayangkan bayang-bayang hilang kala pijar memudar tunggu sampai sinar datang karena tak perlu kau pecahkan perca-perca untuk memuaskan nafsu jika sampaipun kelam yang akan menyelimuti lepaskan.. jika itu membebanimu tangis akan berujung malam akan berganti cerita akan berlanjut bukan disini tapi ditempat yang seharusnya

Layang-Layang

Image
Bergerombol anak anak diantara pematang sawah hijau kedelai yang masih 3 bulan menyemarakkan perayaan Perayaan sederhana untuk anak anak yang tak sanggup membeli komputer atau sekedar ke warnet bermain game online Teriakan teriakan menandakan keceriaan lepas dari semua permasalahan yang menanti Berkelok kelok gemulai mengikuti arah angin Yang berekor panjang diam angkuh mencongak diantara yang lain Ketika sang usil menyentil Di ulurnya panjang-panjang didekati sesaat lalu ditarik kejam Yang kalah terbang tak tentu Dikejar teriakan riang dan bersemangat Sang usil nan angkuh berdiri kokoh diatas benangnya bergelas Sang empu tersenyum puas Menunggu surya turun ke peraduan keriangan tak kan padam Esok sore akan terus berulang, hingga angin musim kemarau lelah menyapa dan menghilang diantara semak semak dan pepohonan yang rindang

Di Bawah Pohon Randu Tengah Sawah

Tertegun melamun Badan tua nan rapuh Bergoyang tertiup bayu di bawah pohon randu yang meranggas terkikis musim kemarau Bulir hijau tampak bergoyang serempak bukan padi, tapi kedelai Keriputnya adalah bukti nyata kegigihannya melawan usia Senja yang menggerogoti harinya melemahkan koordinasi tubuhnya Angin musim kemarau yang berpentas kesana kemari membawa kabar-kabar tentang siang siur cerai, bunuh diri, kdrt, korupsi, gosip, gelanggang kampanye dan semua warta Dia tak mengerti dan tak mau mengerti Sejenak dia telan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya Sejenak kemudian dia berbisik, berdoa memulai harap untuk istrinya yang kian kusut di ranjang tua badannya mengurus dan mengering termakan penyakit tanpa obat

Bocah

Merunduk diantara tanah kering di tengah sawah seutas pelepah kulit pisang menggantung di pundaknya Menggenggam erat senjata pamungkasnya dari selongsong tangkai daun pisang Di sampingnya berbisik menahan tawa Sang teman memberi aba-aba Satu temannya lagi tergeletak lunglai tak bergerak di seberang petak sawah “Cari geranat” Sang bocah kuncung kebingungan menggerak gerakan bola mata tanda tak mengerti Sang teman bergerak sigap, diantara terasering yang kian tandus karena hujan tak kunjung datang Sambil merunduk ditariknya sebuah ketela pohon dibelakangnya Matanya terpejam, bersemangat menarik ketela yang beranjak keras batangnya Tercabut juga ketela kecil itu, di ujung akarnya ada 2 bulir ketela yang belum siap dipanen Sang kawan berbagi “Ini untukmu, ini untukku” “Gunakan sebaik baiknya” mantap sang kawan memberi perintah Hanya angin yang terdengar menggoyang goyangkan daun daun ketela pohon Diantara hutan ketela pohon itu pasti musuh sedang mengintai mereka menang jumlah, setelah kaw

Beban

panas terkungkung tersiksa hasrat menggebu terlepas berharap bebas meruntuhkan batas berteriak menendang menggebrak tajam menatap lalu terdiam menatap dalam tertuduk selalu sesal menyebak

hanya satu kata

Image
Satu kata, tapi membuat dunia selalu berwarna. Mengilhami jutaan manusia dengan ide-ide yang abadi. Tak pernah luluh lantah oleh goncangan alam. Terpatri erat dalam sejarah sejarah manusia, tersadur lewat lisan, tergores dalam batu batu cadas didalam goa-goa stalagtit stalagmit. Menyebar tak terkalahkan, bahkan oleh virus hasil rekayasa genetika terhebat sekalipun. Menyusuri setiap detak nadi, tak pandang usia, status, jabatan dan semua tetek bengek atribut panggung sandiwara. Tertulis disetiap kata dalam kitab suci, diagung agungkan dalam setiap doa. Yang mengubah dunia secepat kedipan mata. Yang mengaitkan jiwa-jiwa yang lari dan berhamburan, menarik dan menatanya. Yang muda, yang masih mengusap ingusnya. Hingga yang tua, yang hanya sanggup mengerdipkan mata saja. Di tempat tersunyi diantara lembah dan tebing, atau tempat terdigdaya dengan racun dan polutan. Tapi ini bukan sembarang kata, sangat sulit membedakan mana yang dimaksud mana yang bukan. Karena dengan atas nama satu kata in

malam ini

apakah kau berharap sepertiku? mentari yang tak kunjung menyeruak dari peraduannya bintang-bintang bertaburan dilangit menemani irama binatang malam hasrat dan angkara tersandar sejenak dibuai angin malam yang merusuk hingga sumsum tulang-tulangmu masih berharap waktu diam, tak melangkah biar terasapi maknanya dalam remang-remang biar terhapus semua penyesalan masih terus berharap

sore diatas jembatan tol buahbatu

hujan rintik-rintik membasahi jalan yang sudah basah diantara deru mobil lalu lalang yang tak pernah usai kubangan-kubangan kecil dan tanah becek aku tahu, hujan deras sempat mampir disini sejenak kutatap diujung barat sana, mentari berjuang keras menembus dinding tipis awan kelabu ingin menyapa dunia di akhir hari sebelum masuk keperaduannya diseberang selatan bawah sana sawah-sawah yang mulai menghijau tua warnanya tampak diam membisu meresapi setiap tetes air yang ditinggalkan sang awan sejenak tadi hingga sekarang angin hilang rimbanya, entah bersembunyi dimana dia mobil-mobil bergerak angkuh melaju cepat menghantam masa dan memangsa jarak ada yang menyusul keperaduan sang surya ada yang membelakangi sang surya dibawahku tepat membujur dari utara keselatan sebuah jalan sempit berlubang menjadi tumpuan ratusan kendaraan yang merayap menyelusupi setiap jengkal aspal dijalan itu kutatap keutara, disana gedung bertingkat berdiri diantara atap-atap rumah yang tidak memberi ruang untuk b

ceritakan tentang hujan

ceritakan padaku tentang hujan tentang mentari yang tersembunyi dibalik awan-awan tebal tentang tetes air yang mendedangkan suara kedamaian butir-butirnya memandikan semua peluh dan debu ceritakan padaku tentang hujan yang menggemburkan setiap jengkal lahan-lahan yang kering kerontang mengukir kembali senyum para petani yang mulai membungkuk pinggangnya dimakan usia mengalirkan lagi parit yang terus mengeras tanahnya ceritakan padaku tentang hujan yang menemani kita membahasi tubuh melahap puluhan kilometer perjalanan dengan berlarian diiringi sendau gurau ceritakan padaku tentang hujan tentang airnya yang mengalir dan bunyi kodok yang akan menemaniku sepanjang malam membuaiku ke mimpi terindah tentang impian dan kedamaian ceritakan padaku tentang hujan yang menorehkan kenangan di setiap detik dalam tetesannya dalam kenangan yang tak pernah lekang oleh seluruh musim kemarau yang ada ceritakan padaku tentang hujan nantikan kusampaikan kisahku kepadamu melalui angin dan mendung.

bahasa

a i u e o itu yang merangkai kita menautkan hati dalam kesepahaman mengisyaratkan cinta, benci, senang, rindu, angkara, kepedihan dan cerita lainnya memabukkan kita dalam anggur-anggur asmara menguras seluruh isi air mata yang tersisa mengocok setiap jengkal sel diperutmu melampiaskan setiap beban yang kausandang mengeluarkan setiap kisahmu dalam lembaran lembaran catatan berpena bahasa o e u i a

jejak

di bawah lentera malam aku diam membisu melihat bayang-bayang suram dibawah kaki diantara gulita malam mencari sisa-sisa jejak langkah yang sempat kutinggal di antara terik mentari sedari tadi debu-debu mengangkatnya tipis menerjangkannya diantara jarak dan masa berbekal kelap kelip pelita malam aku terus mencoba aku masih mencoba mencoba mengais dan menautkan sisa-sisa jejak yang kutemui sungguh berharap semua terkumpul karena pelan-pelan akan kurangkai semuanya kupasangkan diantara lentera malam agar menunjukku kesatu arah yang kucari

Dia

Dan Dia Maha Segalanya Yang membalikan hati dan waktu

puisi hujan

Ini puisi hujan.. Airnya menerjang setiap inchi kemarau yang berkepanjangan Embunnya memoles setiap jengkal hati yang lelah Dinginnya meninabobokan duka dan luka Cintanya merintis senyum dalam kelam Dan.. Engkau hujanku Menyiramku dari tidur perpanjangan Meronai ruang jiwaku dengan pelangi syahdu Melelehkan sendi-sendi keangkuhanku Kan kutunggui awan, hingga membawamu kembali kutahu kemarau akan lebih panjang namun cintamu abadi disini, diantara air hujan yang kusimpan dihati..

tentang cinta

cinta itu rumit dalam setiap kesederhanaannya bersilat dan mengelit berpadu dan berpendar bersama dalam cerai berai menembus ironi dan batas logika cinta itu sederhana dalam jurang kerumitannya cukup iya atau tidak suka atau tidak dan benci atau cinta cukup kaupilih

drama malam

Daun bergoyang beriringan selembut dan segemulai nyanyian bayu Jangkrik dan belalang tua bersenandung serak berirama bersama penghuni malam yang lain Daun tua perlahan tersurut jatuh tertarik gravitasi tanpa tertahan dan sang kunang-kunang mengiringinya Bulan adalah ratunya gemulai cantik memenuhi semesta kadang tersipu malu diambilnya sehelai awan yang kusam menutupi senyumnya Aroma tanah bercampur hujan sempat tersedut memenuhi cakrawala dan hilang berkibar oleh dayang dayang malam tapi tak didunia sana separuh pekat menutupinya menjaganya untuk tetap ada dan tak kan hilang Sedang beribu bahkan berjuta detak kehidupan saling mengisi dan mengait hingga fajar menyingsing menggantinya dengan drama yang lain tapi biarkanlah drama ini terjadi Karena aku menikmatinya kala dunia yang kutunggu tak jua sampai *dan terucap salam untuk teman-teman malamku*

pekat

Akulah asap hitam pekat melayang, mengabur dan menghilang dari pori-pori kayu kering berlumut kerak, lapuk oleh cengkerama alam *yang sempat tersimpan*

dimana dia malam ini?

Dia sempat datang tadi siang, tapi hanya diam. Aku berharap dia bercerita tapi tak kunjung mengalir kata2 yang kutunggu Kubiarkan.. Tapi cerita berubah Gerimis datang.. Tak kunjung kulihat dia Hanya awan lembut disana, bersama angin malam mengantarnya sambil meringkuk Kisah-kisahnya adalah pelangi Walau dia tak pernah menaburkan warnanya Aku sering menangis mendengar cerita sendunya Tak jarang aku terpingkal-pingkal, melihat mimik mukanya, walau tanpa kata. Dia sering bercerita tentang bintang Tentang matahari pun sering dia bercerita dan sekali sekali cerita tentang dirinya Dia pendengar yang baik Tak pernah menyelaku selayak aku bercerita pada bayang-bayang Diakhir ceritaku dia masih saja diam, sampai kubilang ceritaku telah berakhir Dia selalu jadi temanku ketika yang lain menjadi musuhku Dia selalu jadi saudaraku ketika tak lagi ada yang memanggilku Dia selalu jadi cintaku ketika semua membenciku Kalau malam ini dia tak datang, Kepada siapa cerita ini akan kubagi? Aku tahu