Posts

Showing posts from April, 2010

Teman Seperjalanan

sesampai di pemberhentian berikutnya saja temani aku menikmati tarian daun mendengar bisikan angin yang mengalun merdu diantara celah jendela meresapi setiap potong cerita tentangku tentangmu tentang mereka atau bebas, tentang siapa saja yang kita kenal atau yang asing aku akan sangat senang. Oia, terima sebotol tehku ini mungkin tak lagi manis, aku sudah mencampurnya dengan aer mata Ibu penjualnya tak apakan? Dan ini sepotong kue sisa, yang kubeli dari anak kecil berkaki pincang di depan stasiun Barat. Ini yang bisa kusuguhkan sebagai pengantar kita mengarungi samudera cerita didalam besi tua yang terus bergerak bising ini. Hmm, masih 2 jam lagi stasiun berikutnya. Cukup saja untuk kita bertukar dunia, setujukah teman seperjalanan? Ruang bisu, 3 Mei 2010

akulah :

akulah lelaki yang menggigil di ujung gang di setiap malam yang dingin menggigit membunuh kehidupan dalam sunyi kelu tanpa rintihan aku jugalah lelaki yang mematung di jembatan tua di pinggir kota memandang dalam ke sungai yang dangkal yang mulai menyusut nadir darahnya aku pula lelaki kumal bergitar tua bersenandung sumbang di depan teras-teras toko yang mulai kehilangan gairah untuk menggoda para penjaja kepuasaan akulah lelaki yang kehilangan bayangan ketika sinar matahari sedang di puncak teriknya menggeliatkan setiap sel kegerahan akulah lelaki yang berteriak lantang di tengah pasar yang menyerap setiap kata dan nada dalam irama tak beraturan menyadarkan keyakinanku akan kebisuanku akulah lelaki yang mengejar bayang menagih janji kepada bulan untuk janji yang tak pernah ia ucapkan akulah lelaki yang terlahir dari rahim emosi yang terus menuntut pamrih yang tak pernah kujanjikan akulah lelaki yang berjalan diantara siang dan malam dan masih ragu akan berhenti dimana dan malam ini a

Panggung

Ditelanjangi cahaya tak ada lagi tempat bersembunyi dari panggung hina ini Kualat, aku butuh topeng semar Catatan panggung sederhana penuh intrik kata, tipuan muka, picikan mata Cuih, berebut peran palsu terbirit birit diantara punggawa lugu Eh, diseberang depan kulihat dirimu embun diterik yang mencengkik tersenyum simpul Menelanjangiku hingga ke ubun-ubun Alamak, dimana aku lagi akan bersembunyi Panggung palsu, 21 April 2010

Selamat Datang Pagi

Tuhan telah menyapakan pagi Bukan sekedar untukku tersadar dari potongan mimpi yang mengabur Dia adalah teman yang di titipkan untuk awal sebuah cerita Dan aku lebih memilih pilihan untuk berteman dari sekedar penyapa Aku korban cerita waktu yang melulu Menunggu malam menghindar pagi Dulu, Sekarang aku lebih memilih pilihan untuk menyapa daripada menghindar "Bolehkah kubertanya sahabat baruku pagi?" Konon Tuhan punya cerita kan? Tuhan telah menuliskan ceritaku dengan tinta-tinta-Nya Di antara lembaran-lembaran kertas kehidupan Indah dan sedih tak bisa dirubah Dan aku hanya sang bidak diantara jutaan bidak laen, yang tak ada kuasa sekedar menerima. Dulu, aku bidak pemberontak Belajar mengatur yang kupunya Menolak skrip cerita Tak lelah menghina dan mencela Tentang cerita yang kuuanggap berbeda Aku terpendar, hilang diantara kelam Dengan keangkuhanku Di titik terendah Engkau (pagi) telah menyapa, diantara kesunyian Aku diam untuk beberapa kata Mungkin aku sudah kembali datang W

Hati ini..

Lugu Lucu atau dungu? Engkau tahu itu? Belajar mencerna keikhlasan, kubilang lugu Menangis ketika jiwa tertawa, atau sebaliknya kubilang lucu, tapi mungkin kau berpendapat ini dungu Hati ini memang lucu jika tak kau protes ini antara lugu dan dungu

halo

tok2 boleh aku menyapa? untuk mengucap "halo" sahaja