Posts

Showing posts from December, 2009

100 puisi

Ketika aku kehabisan kata kehabisan tinta kehabisan makna kehabisan jiwa Kutengok lagi 100 puisiku berharap masih ada yang tersisa

Sahabatku

Malam Rembulan bintang Angin dan dingin malam Serangga malam Adakah yang belum kutuliskan?

Sepi

Tuhan ijinkan aku melangkah kebintang bintang disana Semalam saja Aku dan dia dalam kesepian Biarkan kami bertemu dan saling menyapa untuk membunuh sepi yang menyayat ini Semalam saja

Bawa kembali aku malam

Malam ambil aku kembali Aku terlalu asing untuk siang dan dunianya Aku rindu bulan, bintang, angin malam Orkestra serangga, gemrisik semak dan semuanya Bawa aku kembali malam Aku terlalu asing disini

Rembulan

Menyingkirlah sebentar awan aku ingin berbincang sebentar dengan rembulan Sudah terlalu lama aku mengabaikannya

Di kamar ini, sunyi

Di sudut-sudut kamar ini hanya sunyi yang kutemui Tak ada cerita Tak ada nanyian Tak ada tangisan Atau canda tawa Benar-benar khusyuk dalam sunyi Aku terpekur di satu sisi Diam mendengarkan berharap dinding-dinding bercakap-cakap Hingga kutahu apa yang terjadi di kamar ini, tadi, kemarin, dan kemarinnya lagi

10.29

Semenit mendekat 10.30 Semenit meninggalkan 10.28 Entah dimana Tempat ini diam tapi kian melaju Menulis dan menghapus Berpijak atau membeku disana? Entah Yang kutahu sekarang masih 10.29 Semenit mendekat 10.30 Semenit meninggalkan 10.28

Aku Sang Pencemburu

Aku pencemburu malam yang sabar menjaga mimpi-mimpi Aku pencemburu awan yang ikhlas membagi hujan kehidupan Aku pencemburu siang yang telaten membimbing jiwa-jiwa Aku pencemburu kemarau yang kebal akan cacian dan hinaan Aku pencemburu alam yang diam dengan semua kesengsaraan Aku pencemburu burung terbang yang bebas melayang tak terikat Aku pencemburu bintang sang penunjuk arah dan tujuan Aku pencemburu lautan yang sabar tabah menampung curahan air Aku sungguh-sungguh hanya sang pencemburu Maafkan aku Tuhan

Tembok

Sungguh ku tak percaya Pada dinding tembok dingin disebelahku Benarkah dia tuli mendengarkan ocehanku atau penguping sejati yang berpura pura?

Rasa yang Kau titipkan

Tuhan terima kasih atas rasa yang telah Kau titipkan ijinkan aku untuk berlari lagi menembus semak membelah malam Aku ingin tersesat pada kelam malam

Hitam dan Putih

Buatkan ini hitam dan putih biar tak ragu aku memutuskannya

Pembunuh atas nama cinta

Aku mengoyak luka kekasihku dengan cinta dengan kata hilang makna sirna Mengurai badai saat kemarau ceria Datang dengan tiba-tiba Lidahku mengeras baja membatu menusuk raga Lagi-lagi atas nama cinta Aku menusuknya dengan bara Oleh masa tak terulang namun urung terlupa Sungguh hina diri, malang Aku petir yang memaksa air berpisah dengan awan Menguap dan hilang Aku menyerapnya dalam kelam dengan kesunyian hampa Padahal dia siang yang periang dengan pelangi di ujung harinya Sungguh aku pembunuh jiwa atas nama cinta

Tidur

Aku ingin tidur diantara ilalang Dipelukan bintang Dongeng-dongeng indah oleh kumbang Dengan iringan orkestra malam yang mengalun tenang

Boleh aku tersenyum?

Boleh aku tersenyum? agar dunia kita sama walau pada akhirnya memang berbeda

Ujung lingkaran

Mencari ujung dari lingkaran jalan ini Kau tertawa? Jangan mengejekku cukup kau tunggu Nanti kukirim kurir Jika kami telah bertemu

Bisu

Sepanjang kata yang tak lekang mengurai makna cita, cinta sedih, perih sendu, pilu hina, dina asa, bara kelam, cahaya buram, warna siksa, luka iris, tangis Masih bisu berteriak dalam kesunyian tak terdengar Suaraku masih tak terdengar Aku bisu oleh kata

Inikah surga, Tuhan?

Merdu denting gerimis Harum tanah yang melepas kerinduan pada sang hujan Awan berkabut berarakan menembus dinding gunung mencari peraduan sebelum malam merunggut cahaya Air hujan mengalir, sekali kali menggoda kakiku yang telanjang genit Gemulai burung-burung hitam Menari menyergap dalam diam Aku terpaku terpukau Inikah surga Tuhan, yang sering Engkau janjikan?

Ijinkan aku tidur Tuhan

Ijinkan aku tidur Tuhan Kala malamku begitu panjang dan pagi enggan datang Ijinkan aku tidur Tuhan Saat doa-doaku mulai palsu terucap beku Ijinkan aku tidur Tuhan Ketika langkahku tak lagi menyatu pada hati dan tujuanku Ijinkan aku tidur Tuhan Jika inderaku pergi pada hati yang pelan mati Ijinkan aku tidur malam ini Tuhan Sungguh aku terlalu lelah untuk bersyair lagi

Aku malam juga siang

bukan malam bukan siang hanya malam juga siang dan atau mungkin sebaliknya dan (mungkin) itulah aku

Aku Pulang Tengah Malam

Aku pulang tengah malam Saat tak ada kata yang merayu atau mendusta Aku pulang tengah malam Membawa kelam di tangan dan hatiku Aku pulang tengah malam Saat kalian terlelap mengendap tak ingin kalian merayakan kehadiranku Aku pulang tengah malam Saat batas menjadi kabur dan masa menjadi ambang Dan masih aku pulang tengah malam Mungkin selalu Janganlah kau tunggui aku Malam ini aku pulang tengah malam

Padam Bara

Sekilas temaram di balik ringkih detak nafas bergejolak tak bersuara Menyerap jiwa Aku butuh air, wahai pujangga yang mendinginkan gelora, wahai pecinta menggemburkan ladangku, wahai kelana mendewasakan cintaku, wahai yang kucinta Padamkan baraku, tolonglah wahai kalian semua

Sore indah untuk malam kelabu

berjalan diantara trotoar lusuh dengan kaki telanjang merasakan cipratan comberan dengan percik gerimis hujan dan deru petir bersahut pilu malam mulai menyergap bayangan kelam dalam diam cerita indah menyambut malam setidaknya tidaknya untukku

Hilang Kata

Tolonglah aku kehilangan kata yang menyampaikan cinta yang meneriakan luka yang meramaikan cerita yang menembus dinding masa yang mengurai makna yang menemani tawa yang yan ya y .

Hilang

Menjadi yang tak terdefinisi diantara kata Atau terbuang diantara onggokan masa? Hitam diantara gulita Tertimbun di lorong-lorong cerita yang mengalir tak biasa Hidup kadang untuk ada atau mungkin lebih baik jika menghilang dan musnah saja?

Pergi datang

pergi pergi pergi sunyi sunyi sunyi lari berlari hampar terbentang juang dan harap sore dan pagi, silih berganti membalik lembaran menindih ditempat terberat berlari lari ramai ramai ramai lalu?