Posts

Showing posts from September, 2012

Merinduimu

Bolehkah aku merinduimu dalam senyap? Dalam diam yang berpanjangan?

Pagi, selamat pagi, bagimu pagi

Tak biasa aku menulis ketika pagi menjerang sinar mentari. Jika aku bicara pagi pada masa lampau, maka sungguh itu pagi dimana hari diminta beranjak dari malam yang selalu kuharap panjang menenangkan. Walau harapanku tak selalu begitu. Ketika terbangun di pagi ini, rupanya sinar-sinar itu masih enggan datang walaupun terang tak pernah bisa dihadang. Aku terjaga, menghadapkan wajahku ke barat jauh, dan sampailah aku di sini, di pagi ini. Semalam, larut menjelang hari berganti aku saat beranjak hendak ke peraduan, aku terusik dengan catatan Madilog-nya Tan Malaka. Ditulisnya apa yang pernah dia lalui, apa yang dipikirkan, apa yang dia harapkan. Catatan ringkas yang terbawa hingga aku bermimpi kemana-mana, sampai di dalam mimpi itu aku bertemu denganmu lagi.

Pagi, kisah embun dan daun

Di ujung pagi Jiwa-jiwa melayang bersama embun mencari dedaunan yg teduh, untuk bercumbu Sebelum terang datang, bersama angin kemarau yang kering mencekik. Lalu masa itu berlalu Tak terkenang, kerontang bersama jiwa-jiwa yang takut pagi menghilang dengan segera. Di ujung itu, dimana daun menggigil oleh cintanya. Oleh kerinduannya, pada embun embun yang tenang.

Saat nanti

Nanti, ketika bumi enggan berteman lagi dengan cahaya maukah engkau duduk denganku bercerita tentang yang pernah, ada dan akan ada? di pojokanpun tak apa Nanti, ketika senja enggan pulang maukah engkau menemaniku menghirup secangkir kopi sisa yang mulai dingin, di teras depan gubukku? memandangi surya hingga malu sendiri Nanti, ketika malam tak lagi sunyi maukah engkau menenangkanku menyelimutiku dengan perca-perca kain yang tak mungkin utuh lagi membiarkan sunyi-sunyi datang sendiri Nanti, ketika aku membenci pagi lagi maukah engkau menghiburku, menghalangi dadaku yang meluap meluap membawakanku setetes embun terakhir yang datang untukku mandi, membasuh resah-resahku. Nanti, ketika dirimu tak disini lagi maukah engkau menolehkan wajahmu, ke arah dimana aku duduk selamanya mengingatmu dengan mesra untuk yang pernah kamu lakukan, dan membuatku menangis tiap malam. Nanti...