Saat nanti

Nanti, ketika bumi enggan berteman lagi dengan cahaya
maukah engkau duduk denganku
bercerita tentang yang pernah, ada dan akan ada?
di pojokanpun tak apa

Nanti, ketika senja enggan pulang
maukah engkau menemaniku
menghirup secangkir kopi sisa yang mulai dingin, di teras depan gubukku?
memandangi surya hingga malu sendiri

Nanti, ketika malam tak lagi sunyi
maukah engkau menenangkanku
menyelimutiku dengan perca-perca kain yang tak mungkin utuh lagi
membiarkan sunyi-sunyi datang sendiri

Nanti, ketika aku membenci pagi lagi
maukah engkau menghiburku, menghalangi dadaku yang meluap meluap
membawakanku setetes embun terakhir yang datang
untukku mandi, membasuh resah-resahku.

Nanti, ketika dirimu tak disini lagi
maukah engkau menolehkan wajahmu, ke arah dimana aku duduk selamanya
mengingatmu dengan mesra
untuk yang pernah kamu lakukan, dan membuatku menangis tiap malam.

Nanti...

Comments

Popular posts from this blog

tidurlah di bawah rembulan

Pujangga Malam

Tanpa nama