tidurlah di bawah rembulan


Wahai kau yang dijaga peri-peri malam
Dibelai angin malam bulan september
Meringkuk di selimut awan
Meranjut mimpi diantara simfoni alam
Berjalanlah..
Mendekatlah..
Duduklah disini, di sampingku

Duduklah dan mendekatlah
akan kuceritakan sepotong dongeng bulan
kisah di malam-malamnya

"Alkisah, seorang putri dirundung muram
hatinya kesepian
kebahagian semu yang hanya dia dapatkan
taburan intan permata mendinginkan setiap sel hatinya..

Dia menangis, berontak untuk sebuah cerita
berkedok hulabalang ia menerjang
menghancurkan setiap kukungan

Terlepaslah dia disebuah simfoni
tentang hijau
tentang perdu
tentang biru
tentang syahdu
tentang kelu
tentang semu
tapi sepi yang menjawabnya

Terkisah, matanya menangkap
dan hatinya gundah
merasakan sebuah perbedaan

Selintas dan wajahnya terukir jelas
saat terbuka maupun terpejam
saat sadar maupun berkhayal
gelombang menerjang
memupuskan alur energinya

Siang dan malam, wajahnya terpajang
di taman, di bangku, di tanah, di awan, di kayu
di setiap kerdipan
di sisakan sedetik saja untuknya, untuk melupakan

Waktu berjalan pelan
lurus kaku tak menoleh
hatinya kian sunyi
kian senyap
oleh pendatang misterius

30 hari lamanya sang putri menanti
untuk melihatnya
dibalik semak atau kayu reot penahan gubuk

saat menunggu lagi hatinya menepis
merapuh di batas terdalam
saat itu bayang-bayang menyurut
hingga kebatas pandangan

Darahnya menyusut
menyatu, menyisakkan tulang-tulang yang akan berserakan
dan waktu masih berjalan pelan
memberinya kabar, setengah perjalanan untuk candu senyumnya

Saat mata mengatup, alam mengiba
menyisakan nyanyian kosong
diantara selalu kelam yang sentiasa setia

Alam memanggilnya, duduk disamping kanan
memberi senyum
jiwanya dibasuh, dinisbikan dari kelam
diletakkan di pigura langit malam

Ah, jiwanya masih setengah ada
alam meniupnya
memberinya tangis dan tawa
sedih dan senang
benci dan cinta

Tapi semua terlepas
tersisa cinta, yang tergumul diantara sesak"

Masihkah kau disana?
Mendengarkan kisahku
tentang rembulan malam
Mungkin dia sedang melihat kita, atau aku saja?
Ah, tapi biarlah karena memang begitu kisahnya

Comments

Popular posts from this blog

Pujangga Malam

Tanpa nama