sore diatas jembatan tol buahbatu
hujan rintik-rintik membasahi jalan yang sudah basah
diantara deru mobil lalu lalang yang tak pernah usai
kubangan-kubangan kecil dan tanah becek
aku tahu, hujan deras sempat mampir disini
sejenak kutatap
diujung barat sana, mentari berjuang keras menembus dinding tipis awan kelabu
ingin menyapa dunia di akhir hari
sebelum masuk keperaduannya
diseberang selatan bawah sana
sawah-sawah yang mulai menghijau tua warnanya
tampak diam membisu
meresapi setiap tetes air yang ditinggalkan sang awan sejenak tadi
hingga sekarang
angin hilang rimbanya, entah bersembunyi dimana dia
mobil-mobil bergerak angkuh
melaju cepat menghantam masa dan memangsa jarak
ada yang menyusul keperaduan sang surya
ada yang membelakangi sang surya
dibawahku tepat membujur dari utara keselatan
sebuah jalan sempit berlubang
menjadi tumpuan ratusan kendaraan yang merayap
menyelusupi setiap jengkal aspal dijalan itu
kutatap keutara, disana gedung bertingkat berdiri
diantara atap-atap rumah yang tidak memberi ruang untuk bernafas
semua bergerak
cepat ataupun merayap
menyusuri setiap gang sempit kehidupan
ah hujan ini membawaku kembali kelamunan
kubiarkan saja bajuku basah, perlahan aku berjalan turun
bergelayut diantara ranting dan dahan pohon yang tersisa
tak ingin terjebak dalam lamunan
aku turun
dan gubrakkss..
aku terjatuh diantara lumpur dan kubangan
dan aku tersenyum
sore yang indah, yang tak akan terlupakan
*bandoeng, 2006*
diantara deru mobil lalu lalang yang tak pernah usai
kubangan-kubangan kecil dan tanah becek
aku tahu, hujan deras sempat mampir disini
sejenak kutatap
diujung barat sana, mentari berjuang keras menembus dinding tipis awan kelabu
ingin menyapa dunia di akhir hari
sebelum masuk keperaduannya
diseberang selatan bawah sana
sawah-sawah yang mulai menghijau tua warnanya
tampak diam membisu
meresapi setiap tetes air yang ditinggalkan sang awan sejenak tadi
hingga sekarang
angin hilang rimbanya, entah bersembunyi dimana dia
mobil-mobil bergerak angkuh
melaju cepat menghantam masa dan memangsa jarak
ada yang menyusul keperaduan sang surya
ada yang membelakangi sang surya
dibawahku tepat membujur dari utara keselatan
sebuah jalan sempit berlubang
menjadi tumpuan ratusan kendaraan yang merayap
menyelusupi setiap jengkal aspal dijalan itu
kutatap keutara, disana gedung bertingkat berdiri
diantara atap-atap rumah yang tidak memberi ruang untuk bernafas
semua bergerak
cepat ataupun merayap
menyusuri setiap gang sempit kehidupan
ah hujan ini membawaku kembali kelamunan
kubiarkan saja bajuku basah, perlahan aku berjalan turun
bergelayut diantara ranting dan dahan pohon yang tersisa
tak ingin terjebak dalam lamunan
aku turun
dan gubrakkss..
aku terjatuh diantara lumpur dan kubangan
dan aku tersenyum
sore yang indah, yang tak akan terlupakan
*bandoeng, 2006*
Comments
Post a Comment