pagi


Pagi itu awal kehidupan, saat dimana sesuatunya dimulai dari awal atau melanjutkan apa yang seharusnya diakhiri. Pagi itu saat jiwa-jiwa tersadar, bergegas menyibak selimut dan mambasuhkan aer ke jiwa-jiwa yang masih terkatung-katung di persimpangan. Pagi itu saat para pembuai diikat erat oleh terik mentari. Pagi itu saat mimpi digantungkan lagi, dituliskan diantara dinding dinding impian.Pagi itu saat kita bangun dan bergegas.

Sangat kusadari, separuh jiwaku kutinggal di sana, di waktu menjelang pagi, larut pagi, pagi buta dan pagi ketika mentari mulai terbit. Aku mencintai saat menjelang pagi, karena disanalah saat terbaikku untuk bertemu sahabat sejatiku. Bintang dan bulan, keduanya atau kadang bergantian, aku selalu menikmati saat kebersamaan itu. Saat itu adalah saat dimana waktu terbaik untuk berdoa dan meminta. Selalu kusempatkan untuk menyapa sahabat-sahabatku di atas sana, setelah aku berserah diri pada Yang Kuasa.

Larut pagi, adalah waktu tersunyi yang bisa kita temukan. Saat semua insan terlelap dan terbuai oleh mimpi mimpi, hanya suara binatang malam atau pengerat yang bersahut-sahutan, berpadu satu dengan yang lain. Saling mengisi, menguatkan dan melemahkan, tunduk pada harmoni alam . Orkestra terbaik yang pernah ada dimuka bumi ini. Bagian waktu yang selalu kusesali telah terlewatkan saat aku terbangun di pagi hari.

Saat suara-suara yang merdu menganggungkan nama "Allah", pagi buta mulai mengisi tempat, menggantikan sift yang pelan-pelan ditinggalkan oleh penghuni sebelumnya. Saat semburat merah mulai terlukis agung di ufuk timur sana. Masih sepi, namun pelan dan pasti, saat itu sahabat-sahabatku satu persatu mulai berpamitan.

Dan benar-benar ketika pagi datang, aku sendiri yang akan pergi. Menghapus aer mata, yang tak pernah bisa aku hentikan. Mencoba menutup cerita yang kuceritakan semalam dengan sahabatku, walau aku tahu itu adalah cerita yang abadi. Mencoba tersenyum dan terus mendoakan yang terbaik untuknya, tak peduli jikalau nanti terkabulnya doa itu menjadi hal yang terburuk untukku. Berjalan lagi sendiri, seperti sebelumnya. Namun yang pasti, kali ini aku harus bisa. Bukan untukku, tapi untuk sahabat-sahabatku. Karena aku tak ingin mengulang ngulang cerita yang sama pada sahabatku nanti malam.

Bismillah untuk hari ini, aku akan kembali nanti malam teman. Dengan cerita yang lebih indah untukmu.

Comments

Popular posts from this blog

tidurlah di bawah rembulan

Pujangga Malam

Tanpa nama